Ceramah Idul Adha: Negara Sekuler Muamalatnya Lebih Baik
Jemaah Muhammadiyah Bojonegoro menggelar Salat Idul Adha 10 Dzulhijah 1443 Hijriyah. Salat ini dipusatkan di halaman Masjid At Taqwa Jalan Teuku Umar, Bojonegoro, Sabtu 9 Juli 2022. Salat ini lebih cepat satu hari yang ditetapkan Kementerian Agama RI yang baru akan menggelar pada Minggu, 10 Juli 2022.
Ribuan jemaah mengikuti Salat Idul Adha di depan Masjid At Taqwa di Jalan Teuku Umar. Jemaah memadati jalan protokol di tengah Kota Bojonegoro itu, mulai dari komplek Muhammadiyah hingga di perempatan sebelah timur depan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bojonegoro.
Sebagai imam yaitu Syamsul Huda dan sebagai Khotib yaitu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Ustad H Nur Cholis. Dalam ceramahnya, Ustaz Nur Cholis mengutip pernyataan tokoh pembaharu Muhammad Abduh yang mengatakan, Aku Abduh melihat Islam tapi tidak ada orang Islamnya. Dan Aku melihat orang-orang Islam tapi tidak tampak Islamnya.
“Ini yang membuat Muhammad Abduh kecewa,” ujarnya.
Abduh, lanjut Ustaz Nur Cholis, ketika berada di Eropa, melihat perilaku keseharian masyarakat di sana yang disiplin, bersih, saling menghargai, tidak saling menipu, menjaga lingkungan, dan beberapa akhlak yang diajarkan Islam. Tapi penduduknya bukan pemeluk Islam.
Muhammad Abduh, setelah kembali ke Mesir, dirinya melihat yang sebaliknya, penduduknya Muslim tapi perilaku kesehariannya tidak mencerminkan ajaran Islam. ”Mengapa bisa terjadi?” tanyanya.
Beberapa tahun kemudian, lanjut Ustaz Nur Cholis, pernyataan Mohammad Abduh diteliti oleh sejumlah ilmuwan tahun 2010. Di antaranya Prof Hossen Askari serta Prof S Rehman dari Washington University, yang meneliti tentang negara paling Islam.
Penelitian lebih ditekankan tentang aspek muamalat dan khalifah, bukan aspek ibadah mahdlah. Indikatornya di antaranya tentang keadilan, ekonomi, penegakan hukum, korupsi, HAM, menghargai waktu, menjaga kebersihan, transparansi, lingkungan hidup dan lainnya. Intinya seberapa besar ajaran Islam berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Hasilnya, ternyata bukan negara-negara dengan pemeluk Islam terbesar, tetapi justru negara sekuler yang masuk di urutan ranking satu. Masuk tiga besar dari 10 besar yaitu Negara New Zealand, Luxemburg dan Irlandia. Sedangkan Indonesia masuk ranking 140.
Demikian juga ketika dilakukan penelitian empat tahun kemudian, hasilnya tak jauh berbeda. Sedangkan Indonesia masuk ranking 130 atau turun dari sebelumnya.
Ustaz Nur Cholis menyebutkan, bahwa Islam itu ajarannya unggul, tidak ada melebihi keunggulannya (al Islamu ya’lu wala ya’la). Namun dalam praktik terbukti bahwa keindahan Islam itu tertutup oleh perilaku kaum muslimin sendiri.
"Tentu kita mesti belajar banyak,” tegasnya.