Cepu Diterjang Banjir 2 Hari, Ancaman Banjir Susulan
Dua hari berturut-turut wilayah Cepu Kabupaten Blora diterjang banjir akibat curah hujan yang cukup tinggi dalam durasi waktu lama.
Untuk diketahui, Pemkab Blora tahun 2023 ini juga melakukan langkah kongkret untuk menangani permasalahan tersebut. Dengan membangun embung dan normalisasi aliran air. Namun, dengan curah hujan yang tinggi, banjir masih mengancam.
Hari pertama, terjadi pada Selasa 12 Desember 2023 malam, selain menggenangi jalan dan fasilitas pendidikan, banjir juga menggenangi pemukiman di tiga kelurahan. Yakni, Kelurahan Cepu, Balun dan Tambakromo. Ketinggian air, rata-rata 10 cm sampai 50 cm. Banjir merendam 60 rumah.
Sementara pada hari kedua, Rabu 13 Desember 2023, curah hujan jauh lebih tinggi. Dampak yang ditimbulkan melonjak. Hujan deras mengakibatkan luapan sungai Ngareng dan Sungai Putat di kawasan Taman Siswa .
Banjir tersebut, juga merendam 660 rumah di empat kelurahan, yaitu Kelurahan Cepu, Balun, Tambakromo, dan Karangboyo. Pusat Penanggulangan Bencana Daerah Operasional (PUSDALOPS) BPBD Kabupaten Blora menyampaikan informasi bahwa ketinggian air di pemukiman warga bervariasi, mulai dari 30 sentimeter hingga 150 sentimeter.
Di Kelurahan Cepu, ketinggian air mencapai 100 sentimeter dan merendam 107 rumah. Fasilitas umum berupa kantor kelurahan terendam 50 cm. Tim juga melakukan evakuasi lansia.
Di Kelurahan Balun, ketinggian air mencapai 150 sentimeter dan merendam 350 rumah. Jembatan penghubung antar dukuh juga ambrol wilayah Megalrejo dan Perumahan BRI. Tembok perumahan Grand Maharani jebol sepanjang 25 meter. Kemudian pohon tumbang jenis asem roboh menutup akses jalan kelurahan.
Di Kelurahan Tambakromo, ketinggian air mencapai 100 sentimeter dan merendam 125 rumah, fasilitas pendidikan dan merendam akses jalan kelurahan sepanjang 500 meter. Dua bayi di Kelurahan Tambakromo juga dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Sementara itu, di Kelurahan Karangboyo, ketinggian air mencapai 100 sentimeter dan merendam 78 rumah, fasilitas pendidikan dan fasilitas umum lainnya juga terendam.
Kepala Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), Surat, menyampaikan, terkait penanganan dan penyebab banjir yang terjadi di wilayah Cepu.
Sehubungan dengan penanganan lebih lanjut, pihaknya berupaya melakukan tindakan secara bertahap untuk meminimalkan dan mengurangi dampak yang terjadi. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan pemeliharaan rutin dan permanen yang akan dilakukan secara bertahap.
Hutan Kritis Jadi Perhatian
Terlepas dari upaya penanganan, saat ini, banjir yang terjadi di Cepu penyebab utama adalah curah yang tinggi. Namun, ada hal lain yang patut menjadi perhatian, kata dia, adalah kondisi hutan di daerah hulu yang kritis.
Dimana sebagian besar wilayah hutan berubah fungsi menjadi lahan pertanian untuk tanaman semusim, menyebabkan daya resap air tanah di daerah hulu menurun. Tanaman keras seperti jati, mahoni, dan jenis tanaman keras lainnya berkurang, sehingga air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan baik.
Dia berasumsi, bahwa perubahan fungsi hutan dan berkurangnya tanaman keras di kawasan hutan dapat menjadi faktor penyebab banjir. "Air hujan yang jatuh tidak ada yang menahan dari pepohonan keras yang ada. Tapi langsung jatuh ke tanah menjadi aliran mendadak dalam jumlah debit yang besar. Langsung mengalir tanpa ada penghalang tanaman keras. Menyebabkan run of air hujan yang besar yang dapat menyebabkan aliran air deras dan terjadilah banjir," jelasnya.
Namun, untuk memastikan dan mendapatkan data valid, perlu melakukan konfirmasi lebih lanjut kepada Perhutani atau cabang Dinas Kehutanan Provinsi. "Itu hanya perkiraan kami. Untuk kebenaran dan data yang lebih akurat, bisa dikonfirmasi ke OPD teknis yang membidangi," ungkapnya.
Evaluasi Penanganan Banjir
Pendapat lain terkait masih terjadi banjir di Cepu, disampaikan oleh anggota Tim Percepatan Pembangunan Daerah (TP2D) Kabupaten Blora, Joko Handotyo. Dia menyampaikan, beberapa hal terkait implementasi penanganan banjir tahun ini.
Pertama kata dia, mengevaluasi program awal penanganan banjir yang di rencanakan tahun 2022 yang di implementasikan di tahun 2023. Yaitu Normalisasi saluran air mulai dari hulu yang sekarang ada Embung Nglebok. "Kemudian terusan masuk ke aliran belakang PKU dan RSU sampai masuk ke kanal Taman Seribu Lampu ke Tukbuntung," ujarnya
Selanjutnya, memastikan hasil normalisasi awal bisa memperlancar arus air ke hilir yang menuju ke Sungai Bengawan Solo melalui jalur kelurahan Balun dan Cepu. Semua pekerjaan penahan talud yang permanen di sisi kiri dan kanan saluran selesai di tahun 2023.
Kemudian, memastikan hasil pembangunan embung selesai tepat waktu baik sisi konstruksi, pelaksana dan manfaatnya. Memastikan hasil pembangunan drainase di wilayah Sorogo juga mampu mengendalikan air masuk ke aliran tersebut sehingga tidak menimbulkan banjir di wilayah tersebut.
"Memang penyelesaian penanganan banjir di Cepu, sesuai dengan masterplan nya tahun 2020 tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar. Saya menyarankan bagian bagian parsial tetap harus ada tindakannya untuk mengurai banjir tersebut," ungkap Joko Handoyo.
Terakhir, lanjut dia, bagian bagian-bagian ini masih tersisa di wilayah Tambakromo yang telah analisa masih menjadi pekerjaan rumah (PR) berikutnya pekerjaan di 2024. "Terutama di depan gerbang Swalayan Bravo yang masih terjadi sumbatan menuju terusan SMPN1 yang nantinya di arahkan ke Embung Tambakromo," jelasnya.
Dengan perencanaan matang, harapannya penanganan banjir di Cepu dapat terurai. Masyarakat juga mampu menjaga dan mengelola seluruh saluran dan drainase untuk kepentingan bersama. "Dengan membuang sampah pada tempatnya, selokan dan saling bergotong royong sengkuyung menjaga lingkungannya," pungkasnya.