Celoteh Seru Empat Dokter CRS yang “Virgin Nongkojajar”
Gowes bareng itu seru. Ke mana pun tujuannya tak terlalu penting. Yang penting kebersamaannya. Apalagi kalo gowes bareng itu nanjak. Pasti keseruannya berlipat ganda.
Coffee Ride Society (CRS) mengadakan coffee hunt. Kali ini tujuannya ke Nongkojajar, Tutur, Pasuruan. Agar tidak memberatkan cyclist yang tergabung dalam CRS ini, start gowes dilakukan dari Purwodadi.
“Kebetulan ada lahan parkir yang lumayan luas di dekat tanjakan Nongkojajar, kaki gunung Bromo itu. Jadi kami janjian bertemu di parkiran itu jam 530-an. Lantas jam 6 kita start menanjak,” bilang Faizal Ardi, salah satu kordinator gowes bareng CRS Coffee Hunt ini.
Gowes bareng yang dilakukan hari Selasa, tanggal 1 Februari ini diikuti oleh sekitar 25 cyclist. Ternyata, banyak juga cyclist yang baru pertama kali menanjak ke Nongkojajar. Bagaimana kesan empat dokter yang baru saja menunaikan “virgin Nongkojajar” alias baru pertama kali gowes menanjak ke Nongkojajar ini?
dr. Bunga Novitalia, PPDS jantung dan pembuluh darah RSUD Dr. Soetomo Surabaya
“Ngarep terus ada jalanan turun. Tapi jarang banget ada. Adapun bentar… sisanya nanjaaakkk teruuusss… !” keluhnya. Itulah celotehan pertama dari dokter yang praktik di RSUD Dr. Soetomo ini.
Salah di awal, akunya. Cyclist yang baru mulai gowes sejak Oktober 2021 ini terlalu menggenjot dengan kecepatan tinggi di awal tanjakan sehingga tak lama kemudian energi lumayan terkuras dan harus tertatih gowes sampai finis 20 km menanjak itu.
“Apalagi saya membawa sepeda aero bukan sepeda climbing. Yang katanya berat jika dipakai untuk nanjak. Saya tidak mau kalah dengan tiga teman cowok saya yang lain. Meskipun capek dan saya harus stop tiga kali tetapi saya selesaikan tanjakan Nongkojajar ini,” bangga pengguna sepeda Cannondale SystemSix ini.
Ingin mengulang lagi? Bunga mengaku mau pakai banget! Menurutnya, pemandangannya sangat spektakuler. Apalagi dia belum pernah menanjak. Hawanya juga sejuk.
“Sampai di pitstop, ada es buah dan mie instan di Warung Sambel Ijo. Itu Uenak!!” serunya lantas tertawa.
Setelah disiksa nanjak, makan es buah dan mie instan, lantas reward-nya ini yang paling ditunggu.
“Dua puluh kilometer turunan waktu balik ke Purwodadi itu asyik!! Bonus tinggal menikmati pemandanga,” tutup Bunga yang sangat berbunga-bunga hatinya sepulang dari gowes Nongkojajar.
dr. Muhammad Firdani Ramadhan, PPDS Kardiologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya
“Saaakitnya tuh di sini…..” sambil menunjuk dadanya. Firdani finis ke Warung Sambel Ijo Nongkojajar, ternyata teman-teman CRS sudah bersiap mau turun kembali ke parkiran mobil! Hahah…
“Saya tidak kecewa… karena saya membawa sepeda cyclocross, Cannondale Optimo 1 yang lebih berat dibandingkan sepeda lainnya. Juga saya beberapa kali berhenti karena menunggu beberapa teman yang di belakang saya,” bangga Firdani.
Menurut Firdani, nanjak ke Nongkojajar ini sangat bisa dinikmati. Istilahnya “bisa dilogika”. Karena tidak ada gradien yang terlalu curam. “Tapi panjang dan lama total 20 km dari parkiran Purwodadi itu,” tukasnya lantas tertawa.
Tidak ada kata menyesal setelah percobaan pertama menanjak ke Nongkojajar ini. “Sangat layak untuk diulangi dengan memperbaiki waktu yang ada,” tekadnya.
dr. Rizal Muhammad, PPDS Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Hanya satu kata yang diucapkan dokter Rizal. “Perih!” Saat ditanya bagaimana kesannya gowes bareng menanjak ke Nongkojajar sejauh 20 km dan mencapai ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut itu.
Menurutnya perih karena, dirinya sempat vakum gowes selama empat tahun. “Saya baru kembali aktif bersepeda tujuh bulan ini,” bilangnya. Meskipun perih, Rizal masih terus terangan-angan untuk kembali.
“Hawanya itu loh ngangenin. Gradiennya juga tidak curam sehingga bisa dijalani dengan santai. Lalu view-nya worth the pain!” yakin pengguna sepeda Polygon Strattos S8 ini.
Di pengalaman pertama menanjak Nongkojajar ini, Rizal sempat berhenti tiga kali. Pasalnya, heart rate sudah mendekati maksimal. Maklum sebagai dokter jantung, Rizal paham benar fungsi dan bagaimana membuat jantungnya sehat.
“Ingin rasanya kembali lagi ramai-ramai jadi bila harus stop kita bisa istirahat sama-sama dan bercandaan,” tutupnya.
dr. Muhammad Ryan Agani, PPDS Ilmu Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya
“Saya punya dua kendala. Satu saya cyclist baru dua bulan gowes. Dua berat badan saya bukan climber. Jadi menanjak ke Nongkojajar ini rasanya kayak nano-nano. Rame, ruwet, perih, sakit semuanya jadi satu. Tapi pas turunannya… wuiiidddiihh… semua rasa itu plong hilang! Seneng banget!” celoteh dokter penyakit dalam ini.
Memang, Ryan mengalami lebih dari tiga kali harus berhenti untuk mengatur nafasnya kembali dan memberi waktu kaki untuk istirahat. Sebelum mengayuh lagi mencapai puncak Nongkojajar .
Tetapi Ryan yang mengaku beberapa kali heart ratenya mencapai 200 bpm ini mengaku sangat mau untuk mengulanginya lagi. Kecanduan dengan pemandangan yang spektakuler menurutnya. “Indah banget Indonesiaku dan ini tidak jauh dari Surabaya!” bangga pengguna Polygon S5D 2022 ini.
Uniknya, besoknya ketika Ryan menemui pasien, cara jalannya berbeda. “Maaf, kaki saya kecapekan jadi cara jalan saya agak gimana gitu saat dinas di rumah sakit,” tutupnya lantas tertawa lebar.
Advertisement