Ceker dan Kepala Ayam di Mesir, Lelucon Gus Dur Kesaksian Gus Mus
Percakapan-percakapan dalam buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus ini tentu saja menjadi semacam oase yang menyejukkan. Cerita-cerita yang dihadirkan merupakan inspirasi bagi kita untuk senantiasa “ngakak” di tengah zaman yang semakin ruwet, sebagaimana Gus Dur dan Gus Mus yang “enteng-enteng saja” menjalani kehidupan dengan segala macam persoalannya.
Hubungan dua sahabat yang sama-sama memiliki “keistimewaan” ini ditulis dengan sangat brilian oleh K.H. Husein Muhammad, yang juga sahabat sekaligus pengagum berat Gus Dur dan Gus Mus.
“Gus Dur adalah orang yang cerdik, sangat cerdas, dan menguasai banyak ilmu agama dan ilmu umum. Pengetahuannya sangat luas dan terbuka. Tetapi, boleh jadi Gus Dur juga dianugerahi keistimewaan ilmu weruh sak durunge winara (mengetahui sebelum terjadi) sebagaimana orang-orang menyebutnya. Atau, kalau dalam tradisi pesantren disebut ilmu laduni, atau ilmu adiluhung,” tutur Gus Mus.
Gus Mus bercerita bahwa Gus Dur, manakala menerima undangan untuk diskusi, seminar, simposium, dialog, atau konferensi dan sejenisnya, beliau lebih dulu mencari tahu siapa saja pembicaranya. Lalu, mempelajari pikiran-pikirannya, perspektifnya, dan gagasan-gagasan yang pernah disampaikannya, baik dalam karya-karya tulisnya maupun dalam ceramah-ceramahnya. Nah, dari membaca semua itu, Gus Dur menangkap apa yang akan dibicarakan dan disampaikan para pembicara/narasumber itu kelak. Paling-paling tak jauh dari itu juga.
Suatu waktu, dalam sebuah acara di mana salah seorang pemimpin Negara Islam Iran mau bicara dan berdialog, Gus Dur justru tidur, ngorok lagi. Banyak tokoh yang menganggap tindakan Gus Dur ini tidak sopan. Namun, betapa menakjubkan, begitu pidato atau ceramah petinggi Iran itu selesai dan Gus Dur bangun, dia justru segera angkat tangan lebih dulu meminta berbicara untuk merespons.
Tanggapan Gus Dur memperlihatkan bahwa dia sangat memahami isi pidato pemimpin Iran itu, mengetahui apa yang positif dan apa yang perlu dikritik. Semua orang yang awalnya jengkel, akhirnya terpesona pada Gus Dur.
Sewaktu di Al-Azhar
Sewaktu kuliah di Al-Azhar, Mesir, Gus Dur, suatu hari, tiba-tiba mengundang banyak temannya untuk pesta makan malam. Menu khusus yang dimasak sendiri oleh Gus Dur adalah sop ceker dan kepala ayam. Semua senang dan melahapnya hingga kenyang.
Salah seorang temannya bertanya: Gus, bagaimana Sampean bisa mendapat ceker dan kepala ayam sebanyak ini?
"Tadi di pasar saya bilang ke penjual ayam, Minta ceker dan kepalanya buat kucing-kucing saya di rumah!".
Sejak itu, ceker dan kepala ayam di pasar-pasar Mesir tak lagi gratis.
Gus Dur, lebih dari yang diduga banyak orang, masih menyimpan cerita-cerita lucu, indah, menarik, mencerdaskan dan yang ... ah, silakan baca saja buku buku Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus.