Cek Ombak, Kampanye Ada Campur Tangan Asing! Ini Fakta Lucu!
Meski tidak secara formal memasuki tahapan kampanye, toh para politikus telah melakukan tebar pesona, cek ombak, atau apalah istilahnya. Itu semua merupakan kampanye. Kampanye Pilpres bagi calon-calon yang berebut kursi kekuasaan. Kampanye calon legistlatif, agar dipercaya sebagai wakil rakyat di DPR, dll.
Lalu bagaimana kita melihat fakta-fakta kelucuan sebagai sikap kritis atas humor politik. Inilah contoh yang patut menjadi renungan dan ketawaan kita bersama.
1. Kampanye Pembangunan Jembatan
Pada masa kampanye, ujang seorang calon legislatif berkampanye guna mempromosikan dirinya agar di pilih di sebuah desa yang agak terpencil dan inilah isi kampanyenya:
Ujang : "Bapak-bapak, Ibu-ibu jika saya terpilih nanti,saya akan membangun jalan dan jembatan agar akses ke kampung ini lebih mudah untuk menjual hasil pertanian ke kota."
Salah seorang dari masyarakat yang hadir, nyeletuk "Tapi pak di kampung kita tidak ada sungai, jadi untuk apa dibangun jembatan?"
Ujang: "Jangan khawatir! Jika tidak ada sungai di kampung ini, kita akan bangun jembatan sekaligus dengan sungainya!"
Masyarakat : "!!??##%%!!!"
3. Adanya Campur Tangan Asing
Suatu hari seorang suami pergi berkonsultasi pada seorang dokter ahli kandungan karena anaknya menyimpang dari gen ayah ibunya.
"Apa maksud Anda menyimpang?" tanya Dokter.
"Bayangkan Dok. Anak saya berkulit bule. Pada hal tak ada di antara kami yang berdarah bule. Ini pasti terjadi campur tangan asing."
"Kenapa harus bingung, Tuan? Di negara yang sedang membangun, campur tangan asing bisa diartikan sebagai bantuan, kan?"
3. Menggunakan Uang Kelas untuk Kepentingan Pribadi
Amrin Pembolos adalah anak seorang pejabat negara yang bertugas dalam bidang keuangan. Kebetulan, Amrin pun merupakan bendahara di sekolahnya.
Suatu hari, ia ketahuan menggunakan uang kelas itu untuk keperluan pribadi. Dipanggillah ia ke ruang guru.
Guru: "Mengapa kau gunakan uang itu untuk kepentinganmu sendiri? Padahal itu kan uang milik temanmu! Apakah kau sedang terdesak?"
Amrin: "Tidak, Bu..."
Guru: "Lalu mengapa? (Amir hanya terdiam.) Cepat katakan! Jika tidak, akan saya laporkan kepada ayahmu!!"
Amrin: "Laporin aja, Bu ..., toh ayah saya yang mengajarkan saya."