Cegah Stunting Secara Dini dengan Mengatasi Anemia Remaja Putri
Berbagai upaya dilakukan Pemkab Banyuwangi untuk menangani stunting. Salah satunya melalui pencegahan dini dengan menyasar golongan usia remaja lewat Gerakan Serentak (Gertak) Aksi Bergizi. Sebab, kondisi kesehatan saat remaja sangat menentukan kualitas seseorang perempuan ketika dewasa nanti.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan, persoalan gizi yang terjadi di usia remaja akan meningkatkan kerentanan serta beresiko melahirkan generasi yang bermasalah dengan gizi.
“Anemia pada remaja akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan seperti penyakit tidak menular, produktivitas dan prestasi menurun, termasuk masalah kesuburan,” jelasnya, Sabtu, 18 Maret 2023.
Untuk itu, menurut Bupati Banyuwangi kedua dari kaum Hawa ini, diharapkan remaja putri di Banyuwangi bisa menjadi calon-calon ibu yang sehat di kemudian hari. Sehingga Banyuwangi bisa terbebas dari persoalan stunting.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi. Kondisi ini bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan anak. Selain asupan gizi, ada kondisi kesehatan lain yang juga sangat berkaitan erat dengan stunting, yaitu anemia.
Menurut Ipuk, hasil sampling skrining anemia yang dilakukan pada 14.059 remaja putri di Banyuwangi pada tahun 2023, ada 8.062 remaja putri yang mengalami anemia. Remaja putri yang menderita anemia berisiko menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia.
“Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting, komplikasi saat melahirkan serta beberapa risiko terkait kehamilan lainnya. Ini yang harus kita cegah,” tegasnya.
Untuk diketahui, Gertak Aksi Bergizi diluncurkan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Banyuwangi, Jumat, 17 Maret 2023 kemarin. Kegiatan ini diikuti para Kepala Sekolah, guru dan siswa SMP/MTs, SMA/SMK/ MA dan pondok pesantren se- Banyuwangi secara daring. Dalam program ini dilakukan upaya-upaya mencegah anemia pada remaja putri.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengatakan, Gertak Aksi Bergizi ini dilakukan untuk mencegah lahirnya bayi stunting. Ada empat intervensi utama dalam program ini, yakni mengajak remaja rutin melakukan aktifitas fisik, sarapan bersama dengan menu gizi seimbang.
Remaja putri juga dianjurkan rutin minum tablet tambah darah (TTD) dan edukasi kesehatan sebagai upaya komunikasi untuk perubahan perilaku yang relevan dan komprehensif.
Amir menegaskan, dalam program ini diperlukan komitmen dan kolaborasi lintas sektor terkait. Sekolah-sekolah diminta untuk rutin menggelar aksi bergizi di sekolahnya masing-masing serta mengedukasi siswanya. “Kita juga akan rutin bagikan TTD ke remaja putri,” katanya.
Berbagai program penanganan stunting telah dilakukan Banyuwangi. Untuk mempercepat penurunan stunting, Banyuwangi juga mengirimkan makanan berprotein tinggi kepada hampir 1.300 balita stunting dan ibu hamil risiko tinggi setiap hari selama setahun dengan anggaran sebesar Rp7 miliar. Penyaluran makanan ini dilakukan melalui para pedagang sayur keliling ke rumah warga yang telah didata.
Langkah ini, menurutnya, telah berhasil menekan angka stunting di Banyuwangi. Dari 20,1 persen pada 2021, angka stunting turun menjadi 18,1 persen pada 2022.
“Adapun berdasarkan bulan penimbangan yang lebih dinamis dan baru, prevalensi stunting di Banyuwangi sebesar 3,9 persen,” ujarnya.