Cegah Penganiayaan ART, Wawali Armuji: Anggap ART Saudara
Elok Anggraini Setyawati alias EAS, seorang asisten rumah tangga (ART) di Surabaya, Jawa Timur, tidak menyangka jika pekerjaan yang dijalaninya saat itu membawa pengalaman pahit baginya. Perempuan 45 tahun ini, diduga dianiaya majikan hingga luka pada hampir sekujur tubuh.
Bahkan majikannya berinisial F-A yang tinggal di Jalan Manyar Tirto Moyo, Surabaya kerap memaksanya memakan kotoran kucing. Bahkan dengan tuduhan depresi, EAS lantas diserahkan ke lingkungan pondok sosial (Liponsos) di Keputih Sukolilo Surabaya.
Menanggapi kasus yang viral ini, Stakeholder Surabaya (Pemkot Surabaya dan DPRD Surabaya) berharap kasus penyiksaan ART tidak terjadi lagi di Kota Pahlawan. Wakil Walikota Surabaya, Armuji meminta para orang yang memperkerjakan ART agar mengganggap mereka bagian dari keluarga tersebut. Sehingga tak ada tindakan sewenang-sewenang hingga melakukan penyiksaan fisik.
"Benar-benar anggaplah sebagai keluarganya. Janganlah diperbudak, janganlah dianiaya. Jangan sembarangan kalau jadi majikan atau orang yang memperkerjakan ART!," kata Armuji, Selasa 11 Mei 2021.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti mengaku terpukul dengan berita majikan yang melakukan penyiksaan terhadap ART-nya. Padahal salah satu kunci kesuksesan majikan tersebut juga ada di tangan ART.
"Ketika kerja, ketika mengejar karir, ART ini kan yang bertugas di rumah. Yang memastikan rumah bersih dan nyaman ketika mereka pulang. Jadi suksesnya mereka juga tak terlepas dari ART yang mengurus lini-lini lain. Bagi saya sudah keterlaluan. Apalagi kalau yang menyiksa sesama wanita. Saya minta Polrestabes untuk tak melihat gender. Harus segera diusut meski kasusnya wanita dengan wanita," kata Reni.
Ia juga meminta kepada seluruh ART di Kota Surabaya untuk berani speak-up jika mendapat perlakukan yang tak sewajarnya ketika bekerja. Bisa langsung lapor ke command center 112 yang dimiliki Pemkot, ataupun mengadu ke DPRD Surabaya sebagai wakil rakyat.
Sebab menurut Reni, kasus ini bisa seperti gunung es. Yang terlihat dan melaporkan hanya 1-2 kasus saja. Namun yang masih diam karena takut ada juga. Maka dari itu, ia berharap para ART tak usah sungkan kepada majikan jika mendapatkan perlakukan kasar. Segera melapor ke pihak berwajib.
"Memang, masih banyak 'majikan' yang sangat baik terhadap ARTnya. Namun tak sedikit yang sewenang-wenang. Mari lapor ke DPRD. Kami terbuka. Bisa ke fraksi, komisi, atau langsung ke pimpinan DPRD. Ruangan saya terbuka untuk laporan tindak kekerasan seperti itu," katanya.
Advertisement