Cegah Masyarakat Derita Penyakit Kronis, Pemkot Surabaya Buka 158 Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu (Pustu) berbasis Integrasi Layanan Primer (ILP) secara resmi difungsikan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Kebijakan ini dilakukan sebagai bentuk antisipasi awal kesehatan masyarakat, untuk meminimalisir angka antrean di rumah sakit dan penyakit kronis yang diderita masyarakat.
Walikota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, jumlah pustu di Kota Surabaya saat ini sudah berjumlah 158. Dengan adanya integrasi layanan kesehatan ini, dirinya berharap dapat lahir pemetaan penyakit di masing-masing daerah di Kota Surabaya.
"Dari Pustu nanti diketahui penyakit apa yang diderita masyarakat sehingga bisa diantisipasi sejak dini. Jadi setiap warga yang datang ke RSUD, datanya bisa disinkronkan dengan NIK. Sehingga nantinya per wilayah terpetakan penyakitnya itu apa saja. Penanganannya bisa dimonitoring atau dipantau juga oleh Pustu," ucap Eri, Jumat 28 Juni 2024.
Menurutnya, keberadaan Pustu dengan layanan ILP adalah langkah awal dari Pemerintah Kota Surabaya untuk mewujudkan Pos Pelayanan Keluarga, yang akan direalisasikan pada tahun 2025 mendatang.
"Layanan ILP ini baru pertama di Surabaya. Sehingga hubungannya nanti dengan Posyandu, di tahun 2025 nanti saya harap 2 ribu lebih Posyandu berubah menjadi Pos Pelayanan Keluarga. Kalau namanya layanan keluarga berarti tidak hanya anak-anak saja yang hadir tapi juga keluarga," tegas Eri.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina menyampaikan, beberapa Pustu masih menempati gedung sendiri. Meski begitu untuk fungsinya sudah sesuai dengan standar Pustu.
"Jadi layanan buka mulai hari Senin hingga Sabtu dan di setiap pustu ada satu dokter umum dan tenaga medisnya juga, yakni bidan dan perawat," ucapnya.
Nanik juga menyampaikan, mengenai pengadaan alat kesehatan, pihaknya juga sudah mengajukan ke Kementerian Kesehatan untuk kemudian diusulkan secara bertahap.
Menurutnya, Pustu ini bertujuan mencegah adanya keadaan darurat medis yang sudah dalam kondisi fatal. Menurutnya hal tersebut terjadi karena yang bersangkutan tidak tahu apa yang dideritanya.
"Harapan kami, masyarakat yang datang ke Pustu ini tidak hanya orang sakit, tapi juga mereka yang ingin melakukan pemeriksaan atau screening seperti pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan para ibu hamil yang ingin berkonsultasi dengan bidan," pungkas Nanik.