Cegah Deman Berdarah, Warga Diminta Berantas Sarang Nyamuk
Dinas Kesehatan Banyuwangi, Jawa Timur, mengajak masyarakat untuk selalu menerapkan pola hidup sehat dan lebih aktif melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Langkah ini sangat penting untuk mengantisipasi penyebaran penyakit yang disebabkdan gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan chikungunya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menyatakan demam berdarah dan chikungunya sama-sama ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dengan melakukan PSN.
Nyamuk aedes aegypti ini, menurutnya, tidak bisa hidup dipermukaan air yang berhubungan langsung dengan tanah. Nyamuk ini berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak berhubungan langsung dengan tanah.
“Penampungan air yang tidak dikuras lebih dari satu minggu itu potensial (menjadi sarang nyamuk) demam berdarah,” jelas Amir Hidayat, Jumat, 19 April 2024.
Menurut data yang dibeberkan Amir Hidayat, hingga 18 April 2024, tercatat 30 orang yang terjangkit demam berdarah. Dari jumlah itu, ada satu orang yang meninggal dunia.
Pada Maret, lanjut Amir Hidayat, tercatat ada 55 kasus demam berdarah dan satu orang meninggal dunia di seluruh Banyuwangi. Ada tambahan korban lima warga dibanding Februari lalu.
“Bulan Februari ada 50 kasus, ada dua yang meninggal,” terangnya.
Dijelaskan Amir Hidayat, wilayah Desa Wonosobo, Kecamatan Srono merupakan penyumbang kasus demam berdarah tertinggi. Dia menyebut, Srono merupakan wilayah endemik Demam berdarah. Untuk urutan kedua adalah Kecamatan Muncar pada urutan kedua.
“Kemudian Rogojampi, Tegaldlimo dan Bangorejo,” sambungnya.
Nyamuk Aedes Aegypti ini, lanjut Amir Hidayat, umumnya menggigit pada siang hari. Khususnya pada pagi dan sore hari. Untuk itu, warga yang biasa tidur pada pagi atau sore hari diminta untuk melakukan pencegahan agar tidak tergigit nyamuk demam berdarah. Seperti menggunakan lotion atau obat anti nyamuk.
Menurut Amir Hidayat, dilihat dari sisi usia warga yang terserang penyakit demam berdarah, tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya kecenderungan yang terserang pada usia anak-anak, tahun ini cenderung pada usia produktif.
“Hampir 50 persen itu usia produktif, usia 14 sampai 44 tahun,” bebernya.