Cegah Buka Aib Sesama, Pakar Al-Quran Ajak Jangan Sebar Hoaks
Pakar Al-Quran KH Ahsin Sakho Muhammad kembali menegaskan,bagi seorang Muslim baik, agar berhati-hati jika mendapatkan kabar. Jangan sampaiterjebak mempercayai sebuah berita tanpa klarifikasi. Bisa jadi, kabar tersebut bohong (hoaks).
Juga jangan gampang menyerbarkannya ke publik karena jikabohong akan terjadi ghibah (bergunjing) secara berantai.
Menurut dosen tafsir di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta danInstitut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta ini, Al-Quran sudah memberikan panduan kepada umat Islam ketikamendapatkan sebuah kabar. Ia kemudian mengutip sebuah ayat Al-Qurâan (QS. Al-Hujurat: 6).
Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orangfasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidakmenimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yangmenyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
Kemudian, doktor ahli qiraah sabâah ini jugamenegaskan bahwa orang Islam jangan suka mencari-cari kesalahan orang lain danmenyebarkan aib mereka.
Orang lain tidak senang diumbar, tegas Rais Majelis Ilmy Pimpinan Pusat Jamâiyyatul Qurra wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU).
"Di dalam Islam, hoaks alias berita bohong tidak bisa dibenarkan. Karena itu, kaum Muslimin diperintahkan untuk mengklarifikasi dan berhati-hati ketika berita datang kepadanya."
Menurut dia, orang yang melakukan semua itu kemungkinanbesar dalam keadaan hatinya kurang baik. Karenanya tidak mengedepankankemaslahatan kaum Muslimin. Sebab, menyebarkan berita bohong, sama dengan memperbanyak ghibah.
Memperbanyak ghibah dengan memperbanyak penyebarannya akan mendapatakndosanya, tuturnya.
Tak bisa dibenarkan
Di dalam Islam, hoaks alias berita bohong tidak bisa dibenarkan. Karena itu, kaum Muslimin diperintahkan untuk mengklarifikasi dan berhati-hati ketika berita datang kepadanya.
Seperti apa yang tertera dalam QS al-Hujuraat:6. Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan sua tu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui ke adaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Ditinjau dari segi bahasa, Prof M Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, kata fasiq diambil dari kata fasaqa. Kata itu biasa digunakan untuk melukiskan buah yang telah rusak atau terlalu matang sehingga terkelupas kulitnya.
Ini menjadi kias dari seorang yang durhaka karena keluar dari koridor agama akibat melakukan dosa besar atau sering kali melakukan dosa kecil. Quraish Shihab menjelaskan, ayat ini merupakan salah satu ketetapan agama dalam kehidupan sosial.
Kehidupan manusia dan interaksinya harus didasarkan pada hal-hal yang diketahui dan jelas.
Karena itu, dia membutuhkan pihak lain yang jujur dan ber integritas untuk menyampaikan hal-hal yang benar. Berita yang sampai pun harus disaring. Jangan sampai seseorang melangkah tidak dengan jelas atau dalam bahasa ayat di atas, yakni bijahalah alias tidak tahu.
Dari Abdullah bin Mas'ud ra berkata: Nabi Muhammad SAW bersabda: Perhatikanlah aku akan memberitahukan kepada ka lian apa itu al `Adhu? Al Adhu adalah menggunjing dengan menyebarluaskan isu di tengah masyarakat.
Rasulullah SAW juga bersabda: Sesungguhnya orang yang selalu berkata jujur akan dicatat sebagai seorang jujur dan orang yang selalu berdusta akan dicatat sebagai pendusta. (HR Muslim)