Cegah Aksi Radikalisme dan Terorisme di Mahasiswa, UNUSA Helat Kajian Religius Ekstremisme
Belakangan, aksi terorisme di Indonesia semakin merajalela. Mulai dari bom bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Surabaya hingga penembakan yang terjadi di Yogyakarta.
Kelompok-kelompok teroris ini, biasanya mengajak para generasi muda khususnya mahasiswa untuk bergabung dengan mereka. Untuk mencegah hal itu, Universitas NU Surabaya (UNUSA) mengadakan 'Kajian Religius Ekstremisme dalam Perspektif Psikologi dan Sosiologi, Senin, 23 Juli 2018.
Dalam kajian ini menghadirkan sosok Al Chaidar, pengamat terorisme dan radikalisme dalam islam. Menurutnya, radikalime itu bisa masuk dimana saja termasuk kampus.
"Radikalisme sebenarnya bisa masuk kemana aja termasuk kampus. Tapi kampus memiliki save imun yang kuat, mereka kan diajarkan berfikir kritis logis yang membuat kelompok teroris itu susah merekrut anak mahasiswa," ujarnya.
Meski begitu, tak menuntut kemungkinan bagi para teroris untuk merekrut para mahasiswa ini. Hal itu dikarenakan kurangnya pengetahuan spiritual bagi para mahasiswa sehingga memungkin kelompok teroris ini masuk.
"Faktor utamanya karena mahasiswa itu individu yang kering secara spiritual. Dan ketika kelompok-kelompok teroris ini datang menawarkan sesuatu seperti oasis yang memberikan kesejukan untuk mereka. Inilah yang dibutuhkan kelompok mahasiswa yang membutuhkan ketenangan," ungkap Dosen Ilmu Politik Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh.
Kurangnya pemahaman mahasiswa mengenai agama inilah yang menyebabkan mereka gampang ditipu oleh kelompok teroris. Oleh sebab itu, Chaidar mengatakan salah satu solusinya yakni menambah mata kuliah mengenai ilmu agama.
"Solusinya mata kuliah agama harus diperbanyak supaya mahasiswa bisa membedah isu-isu agama secara kritis dan secara lebih bebas. Karena di kampus segala teori itu bisa berkembang," pungkasnya. (adv/amm)