CDC RS Mata Undaan, Beranggotakan 550 Calon Pendonor Kornea Tersebar hingga Papua
Menjadi seorang yang bersedia untuk mendonorkan bagian tubuh atau organnya saat telah tutup usia mungkin masih terkesan tabu di kalangan masyarakat awam.
Namun, kesadaran tersebut sekarang mulai tumbuh di dalam diri masing-masing individu, yang bersedia menyumbangkan bagian penting dari sistem penglihatannya, yakni kornea, untuk diambil saat mereka telah meninggal dunia.
Orang-orang yang telah bersedia untuk menghibahkan kornea-nya saat telah tutup usia ini tergabung dalam suatu komunitas yakni Cornea Donation Center (CDC), yang tergabung dalam yayasan Perhimpunan Perawatan Penderita Penyakit Mata Undaan (P4MU).
Staff Sekretariat CDC RS Mata Undaan, Fitriah Oktafiani menjelaskan, hingga saat ini, jumlah masyarakat yang telah bersedia mendonorkan kornea-nya dan tergabung dalam komunitas tersebut adalah sebanyak 550 anggota dan tersebar kebanyakan di wilayah Indonesia bagian Timur.
"Perhari ini ada sebanyak 550 masyarakat calon donor yang teregistrasi di sini dan mereka sudah dapat juga identitas sebagai pendonor yakni kartu donornya, mereka juga tidak semua tinggal di Surabaya, bahkan tersebar sampai Papua, 80 persen di luar Surabaya," ungkapnya.
Fitriah Oktafiani juga menjelaskan, terdapat pula ratusan pasien yang sedang menunggu untuk disembuhkan lewat kornea-kornea tersebut, mulai yang belia hingga yang lanjut usia.
"Banyaknya ada sejumlah 260 pasien yang sedang menunggu donor itu, skala prioritas diterapkan oleh tim dokter kami untuk pasien yang membutuhkan, misalnya untuk pasien dengan kelainan last eye, itu yang akan diprioritaskan," ungkapnya.
Latar belakang penyebab rusaknya kornea masing-masing pasien tersebut juga beragam. Fitriah menjelaskan, ada yang pasien yang baru lahir sudah terdeteksi terdapat kelainan pada kornea mata, bahkan hingga masyarakat yang bekerja menjadi petani saat bekerja di sawah
"Kalau yang petani, itu mereka kornea matanya terkena gabah, beliau cerita saat keluar rumah ketika terpapar sinar matahari, matanya perih dan terus-menerus air matanya bercucuran, juga yang menjadi petugas las, matanya terkena percikan api, karena kecelakaan kerja," jelas Fitriah Oktafiani.
Untuk masyarakat yang berkeinginan untuk menjadi pendonor kornea, Fitriah Oktafiani menerangkan, mereka tidak akan dipungut biaya sepeserpun. Bahkan, bagi mereka yang menderita penyakit dan kelainan mata, seperti minus, silinder, plus, penyintas katarak, ataupun yang pernah menjalankan operasi lasik.
"Yang penting mereka tidak menderita penyakit infeksi menular, seperti HIV/AIDS dan meminta izin kepada orang tua ataupun ahli waris, bisa anak, istri suami saudara kandung, bahwa kita mau mendaftar sebagai calon pendonor. Proses pendaftaran sekitar dua minggu dan akan kita kirimkan starter kit calon pendonor kornea," terangnya.
Nantinya, para calon pendonor kornea akan mendapatkan kartu tanda identitas serta sebuah lencana, yang akan disematkan dalam kartu tanda penduduk (KTP) masing-masing calon pendonor kornea.
"Karena ketika saat calon pendonor tutup usia, kami khawatir keadaannya akan kalut dan bisa saja ahli waris lupa dan tidak menjalankan wasiatnya, jadi kami buatkan lencana di masing-masing KTP para calon pendonor itu," katanya.
Untuk itu, Fitriah Oktafiani mewakili CDC RS Mata Undaan mengajak kepada masyarakat yang belum tertarik menjadi calon pendonor kornea untuk segera mendaftar karena satu kornea dapat menyelamatkan lima penglihatan.
"Satu-satunya organ yang bisa menjadikan amal jariyah bagi kita adalah kornea. Bahwa satu kornea bisa menolong lima orang dan dengan mendaftar sebagai calon pendonor, kita bisa menolong orang-orang yang terancam buta dan hilang penglihatan," pungkasnya.
Advertisement