Savy Amira Catat Banyak Terjadi Kekerasan Saat Masa Pacaran
Dalam acara peluncuran catatan tahunan Savy Amira tahun 2019, organisasi nirlaba tersebut mempublish jumlah kasus kekerasan seksual di Jawa Timur, khususnya di Kota Surabaya. Dalam catatan tersebut, ada hal yang cukup miris, yakni banyaknya terjadi kekerasan seksual selama masa pacaran.
Ketua Savy Amira Siti Mazdafia mengatakan, kasus kekerasan seksual saat pacaran meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Dari 79 kasus kekerasan seksual, kasus kekerasan seksual dalam masa pacaran menempati peringkat pertama dengan 23 kasus, atau sekitar 34,85 persen dari total kasus.
Siti mengatakan, banyak faktor yang memicu terjadinya kekerasan seksual saat pacaran. Salah satunya yakni masalah ekonomi. Banyak perempuan yang dimanfaatkan secara ekonomi dan seksual oleh pacarnya. Biasanya, jika tidak menurut, akan terjadi kekerasan kepada sang wanita.
“Banyak wanita yang terjebak dalam hubungan toxic relationship karena gampang terpengaruh dengan bualan atau gombalan laki-laki. Fakta yang terjadi hari ini, banyak yang pacaran dan sudah melakukan aktivitas seksual. Sang perempuan tidak sadar bahwa mereka terjebak. Kalau si cowok marah, tiba-tiba dipukul, dijambak, dan lainnya. Namun karena gampang terbuai, saat si cowok minta maaf akhirnya dimaafkan,” katanya.
Meski mendapatkan kekerasan seksual oleh pacar sendiri, banyak perempuan yang tidak berani melaporkan tindakan kekerasan tersebut kepada orang terdekat maupun pihak berwajib. Baik kepada orang tua, keluarga, teman, atau ke pihak kepolisian. Menurut Siti, budaya masyarakat Indonesia yang membuat para korban tidak berani melapor.
“Budaya kita itu kan tabu kalau melakukan aktivitas seksual sebelum nikah. Jadi mereka takut lapor. Takut membuat orang tua marah, kecewa, dan lain-lain. Takut juga memengaruhi psikologi mereka. Apalagi kalau teman atau orang lain tahu kasus mereka. Itu yang membuat banyak kasus yang kami terima, namun tidak bisa dilanjutkan ke jalur hukum,” katanya.
Oleh karena itu, Siti berharap para perempuan yang sudah merasa berada dalam hubungan toxic, segeralah melapor kepada orang tua, atau setidaknya kepada Savy Amira. Jangan takut untuk terbuka tentang hal yang mereka alami selama berpacaran, agar kekerasan seksual di Indonesia bisa terungkap dengan baik.
“Di kami kasusnya banyak, namun sedikit yang lanjut ke polisi. Alasanya ya mereka takut kepada orang tua. Makanya cerita kepada kami. Kami juga pernah mengevakuasi korban kekerasan dalam pacaran, kami dampingi cerita ke orang tua, syukurlah orang tuanya mengerti dan menolong anak ini. Sekarang, dia sudah lepas dari hubungan dengan kekerasan tersebut,” katanya.
Advertisement