Carilah Kebenaran, Begini Jalan Keluar Menurut Imam Ghazali
KH Husein Muhammad mengatakan, riset atas realitas kehidupan yang terus berubah dan berganti, mandeg dan tidak berkembang. Peradaban teks "Hadharah al-Nash” masih begitu kokoh.
Selain itu, kekerasan terhadap perempuan dalam segala bentuknya masih terus berlangsung di negeri muslim terbesar di dunia ini dalam skala yang terus meningkat. Sistem dan ideologi Patriarkhisme juga masih kokoh.
Apa yang harus dilakukan? Berikut percikan pemikiran KH Husein Muhammad:
Saya kira sangat menarik di sini mengutip pandangan sufi penyair besar legendaris, Maulana Jalaluddin Rumi (w. 1373 M) berikut ini :
على المرء ان ينفذ الى قلبه بنور العقل. ويرى واقعه لا يكون عبدا للنقل
"Seseorang hendaklah mengisi hatinya dengan cahaya akal dan melihat realitas, bukan menjadi hamba teks". (Rumi).
Hal senada dikemukakan seorang tokoh besar, konon rival Syeikh Bahauddin Walad (w. 1231 M), ayah maulana Rumi, Imam Fakhr al-Din al-Razi (w. 1209 M), mufassir besar, teolog dan pemikir fiqh. Dalam bukunya "Al-Mathalib al-'Aliyah min al-'Ilmi al-Ilahi mengatakan :
واعلم انه يجب علينا ان نبتدئ فى الاستدلال بكتاب الله ثم سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم بالدلائل العقلية تقديما للنص. الا انا لما تأملنا وجدنا الاستدلال بتلك النصوص لا يظهر كل الظهور الا بعد الاحاطة بتلك العقليات . فلهذا السبب قدم الدلائل العقلية
"Ketahuilah, bahwa memang keharusan bagi kita untuk pertama-tama mengambil dalil (sumber/dasar hukum) dari Kitab Allah (al-Qur’an)n dan Sunnah Rasulullah (hadits), kemudian rasio (akal). Teks (nash) lebih didahulukan dari padanya. Akan tetapi manakala aku merenungkannya dalam-dalam, aku menemukan bahwa pengambilan kesimpulan dari dalil-dalil tekstual tersebut tidak memberikan pemahaman yang sejelas-jelasnya, kecuali (bisa dipahami) sesudah menggalinya dengan (melalui) hukum-hukum akal (logika rasional). Inilah sebabnya mengapa aku mendahulukan dalil-dalil akal (rasional)”.
Jauh sebelumnya pandangan ini telah disampaikan oleh Hujjah al-Islam (argumentator Islam) al-Imam Abu Hamid al-Ghazali (w. 1111 M). Syeikh Yusuf al-Qaradhawi mengatakan:
ظل الغزالى يعلن ان العقل اساس النقل فلولاه ماثبتت النبوة والشريعة.
Al-Ghazali tetap mendeklair bahwa akal adalah dasar (memahami) naql (teks). Andaikata tanpa akal kenabian dan syari'at (hukum-hukum agama) tidak dapat dipahami" .(Al-Qardhawi, "Al-Ghazali Baina Madihihi wa Naqidihi", hlm. 39).
Al-Qardhawi selanjutnya mengatakan :
وكرر هذا فى اكثر من كتبه وفى مناسبة عدة. وحسبنا كلماته المضيءة فى كتابه ميزان العمل حيث يدعو الى طلب الحق بطريق النظر والفكر المستقل لا بطريق التقليد الاعمى لزيد او عمرو من الناس.
Al-Ghazali mengulang-ulang pernyataan ini dalam sejumlah bukunya dan dalam sejumlah momen. Saya kira cukup bagi kita mengutip pernyataannya yang mencerahkan dalam bukunya "Mizan al-'Amal" di mana dia mengajak (masyarakat) untuk mencari kebenaran melalui pemikiran dan analisis intekektual yang merdeka, bukan dengan "taklid buta" kepada Zaid atau Umar". (Qardhawi, "Al-Ghazali...", hlm. 39).
Bersambung
11.02.2020
HM
Advertisement