Carilah Guru, Bersambung Ilmu pada Kanjeng Rasul
HIDUP adalah perjuangan panjang. Karena itu, kita harus berusaha dengan ikhlas. Kita tidak takut pada kematian tapi kita harus mengajak untuk menghargai kehidupan dengan mengisi waktu dengan kebaikan dan rasa syukur agar memperoleh kebahagiaan.
”Ya, jangan takut kematian, tapi hargai kehidupan. Manfaatkan setiap detik yang kita miliki untuk kebaikan dan syukuri yg kita miliki agar kita bahagia, bukan bahagia yg membuat kita tersenyum tapi senyum yang membuat kita bahagia,” KH Agoes Ali Masyhuri, untuk ngopibareng.id.
Menurut Gus Ali, panggilan akrab Pengasuh Pondok Pesantren Bumi Shalawat Tulangan Sidoarjo Jatim, ini umat Islam harus memahami agamanya dengan benar. Sehingga tidak gampang terpengaruh ajakan berbuat destruktif di masyarakat.
’’Ngaji sing temen, ndolek guru sing duwe sanad keilmuane nang kanjeng Nabi. (Mari belajar, menuntut ilmu yang bersungguh-sunggu. Carilah guru (kiai) yang mempunyai sambungan ilmu (sanad) pada Kanjeng Nabi,” tambah Gus Ali.Kesinambungan ilmu (sanad), dalam era kekinian adalah belajar dan mengaji kepada alim ulama yang baik. Ulama yang memosisikan dirinya sebagai warasatul anbiya’ (pewaris para nabi).
Gus Ali menyampaikan gagasan itu, untuk meredam radikalisme dan paham yang menyimpang yang lagi marak di tanah air. “Radikalisme bisa dibendung dengan belajar yang sungguh-sungguh dan berguru kepada ahlinya yang memiliki sanad keilmuan yang jelas kepada Nabi Muhammad SAW,” tutur Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur.
Gus Ali menambahkan, orang memiliki paham yang menyimpang karena mereka tidak sungguh-sungguh belajar agama dan tidak belajar kepada guru yang memiliki sanad yang jelas kepada Rasulullah SAW.
“Berguru kepada ahlinya dan memiliki jalur keilmuan sampai kepada Rasulullah harus dilalukan agar mendapat barokah dan mendapat tetesan keilmuan yang menyejukkan.
”Kita sebenarnya tidak cukup belajar hanya dengan membaca teks-teks buku atau kitab. Kita harus belajar langsung kepada ahlinya agar kita mendapat bimbingan dan menemukan teladan hidup dalam kehidupan”. (adi)