Cari Berkah, 38 Tahun Kelola Supermarket Kambing Korban
PULUHAN orang antri menunggu kambing korbannya disembelih. Suasana itu terjadi setiap tahun di hari Raya Idul Adha. Itulah yang terjadi di Supermarket Kambing Jemursari Ngawinan Surabaya.
Saya salah satu yang selalu ikut antrian tersebut. Sudah berjalan bertahun-tahun. Mengapa? Selain layanannya bagus, disiplin dengan syariah jual beli, dan cara penyembelihannya meyakinkan.
Beberapa kambing korban selalu disembelih sendiri karena saya ingin berbagi ke tetangga yang tidak semua muslim. Tidak hanya daging kambing, tapi juga yang di masak. Selebihnya korban dibagi di tempat lain atau di desa.
Ahmad Tolhah, pemilik Supermarket Kambing itu yang selalu melayani sendiri. Dia juga yang setiap saat melaksanakan akad jual beli kambing korban sebelum disembelih. Prosesi itu harus dilakukan tanpa terkecuali.
"Telah saya jual 2 kambing seharga Rp 3,5 juta per kambing untuk korban," katanya sambil bersalaman dan memegang tali tambang kambing. Ia kemudian mendoakan pembeli agar mendapat berkah dari Allah SWT dan rezekinya terus bertambah. Sah.
Setelah itu, baru antri penyembelihan. Ada 12 jagal kambing profesional telah siap melayani. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Khamd. Sekali potong ada 8 sampai 10 kambing. Hanya butuh 15 menit untuk proses penyembelihan, pembersihan dan pemotongan daging.
Menurut Gus Mamak --panggilan Ahmad Tolhah-- usahanya ini bukan sekadar jual beli kambing. Yang utama mencari berkah. Karena itu, ia tetap mengikuti ajaran yang diberikan ayahnya KH Sofyan. Kiai yang masih keluarga pesantren Dresmo Surabaya ini yang merintis usaha tersebut.
Usahanya mulai 1979. Perintisnya KH Sofyan. Namun, sejak usia remaja Gus Mamak sudah dididik untuk menjual kambing korban ini dengan disiplin syariat yang ketat. Mulai dari akad jual beli, proses penyembelihan, sampai melayani pembeli dengan sempurna.
Awalnya hanya menyembelih seekor dua ekor. Kini setiap Idul Adha menyembelih ratusan. "Dua tahun ini agak menurun. Sekitar 300 sampai 350 kambing. Kami pernah melayani korban kambing 450 ekor di hari raya korban," tambah Gus Mamak sambil tersenyum.
Di luar Idul Adha, supermarket kambingnya melayani pasar swalayan se Surabaya. Mulai dari Lotte Mart, Carefour, Hypermart, dan Giant. Sejumlah penjual sate di sekitar kota ini banyak yang jadi pelanggannya.
"Pesanan kambing untuk aqiqah juga ada hampir setiap hari," tuturnya. Sejumlah lembaga zakat dan Infaq seperti YDSF juga menjadi pelanggan tetapnya. Harga kambing korban berkisar mulai dari Rp 3 juta sampai Rp 7 juta.
Kebutuhan kambing diambil dari wilayah Tengger dan sekitarnya. Menurutnya, kambing dari wilayah itu lebih cocok. Sampilnya (bagian paha) lebih gemuk. Kalau dari daerah lain, sampilnya gepeng.
Makanan kambing juga berpengaruh terhadap enak dan tidak dagingnya. "Beda antara kambing yang makanannya rumput dan daun-daunan.
"Kambing yang dikasih makan daun-daunan lebih bagus ketimbang yang makan rumput. Kambing dari wilayah Tengger selama ini paling bagus," tambahnya.
Para penjagalnya juga banyak dari wilayah Jember dan sekitarnya. Kebanyakan mereka menjadikan pekerjaan ini untuk memenuhi kebutuhan besar. "Kalau anaknya ping sepeda, mereka kerja di Surabaya dulu," kisahnya.
Kebutuhan para penjagal itu ia ketahui saat salah satunya ada yang meninggal. Ketika melayat, istrinya bercerita kalau sebelum meninggal suaminya menjanjikan anaknya membelikan sepeda setelah menjagal kambing di Idul Adha di Surabaya.
Menurut Gus Mamak, karena niatnya mencari berkah, maka usahanya tidak hanya untuk mencari keuntungan semata. Selain memberi manfaat tetangga di sekitarnya, sebagian juga untuk menghidupi masjid yang ada di rumahnya.
Saya pun merasa lebih sempurna mempercayakan pembelian dan penyembelihan kambing korban kepadanya. Minimal yakin kecipratan berkah karena tata caranya yang mengikuti fiqh dalam jual beli dan menyembelihnya. Kambingnya juga dijamin berkualitas.
Silakan mencoba!