Cari Aman, PDIP Pilih Istri Anas Jadi Cabup Banyuwangi. Surabaya?
Hingga hari ini, siapa yang bakal dipilih Ketua Umum PDIP untuk maju sebagai calon wali kota Surabaya masih belum jelas. Tetapi rekomendasi untuk calon Bupati Banyuwangi sudah turun. Yang terpilih adalah Ipuk Fiestiandani, didampingi calon Wakil Bupati H.Sugirah.
Ipuk Fiestiandani, tak lain adalah istri Bupati Banyuwangi dua periode, Abdullah Azwar Anas. Menariknya, Ipuk sudah diusung oleh Partai Nasdem. Sementara PDIP sebenarnya juga memiliki kader sendiri yang potensial, yang juga minat maju, yaitu mantan Ketua DPC PDIP Banyuwangi, Yusuf Widyatmoko yang saat ini jadi Wakil Bupati mendampingi Azwar Anas. Bahkan, Yusuf Widyatmoko telah mendampingi Anas juga selama dua periode. Memang, dipilihnya Ipuk ini membuat sedikit riak di internal PDIP di Banyuwangi.
Surat Keputusan DPP PDIP bertanggal 2 Juli lalu tidak ditandatangani ketua umumnya, Megawati Soekarnoputri, melainkan salah satu ketua yaitu Bambang Wuryanto dan Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto.
Keputusan DPP PDIP ini dibuat tentu karena PDIP mau mencari aman, karena Anas tentu tidak mungkin akan berpangku tangan. Dia pasti akan bekerja keras untuk memenangkan istrinya, agar dia sendiri juga akan merasa aman. Setidaknya aman karena visi dan misinya selama 10 tahun memimpin Banyuwangi dijamin akan berkelanjutan.
Pada Pilkada Bupati Banyuwangi 2010, pasangan Abdullah Azwar Anas-Yusuf Widyatmoko yang ketika itu didukung koalisi PDIP, PKB, Golkar, PKNU dan PKS memperoleh 49,42 persen suara, mengalahkan pasangan Jalal-Yusuf Nur Iskandar yang mendapatkan 32,96 persen, dan pasangan Emilia Contesa-Zaenuri Ghazali yang memperoleh 17,62 persen.
Pada pilkada 2015 lebih dahsyat lagi. Azwar Anas yang kembali berpasangan dengan Yusuf Widiatmoko, menang mutlak dengan meraih 88,96 persen, mengalahkan pesaingnya, Sumantri Sudomo-Sigit Wahyu Widodo yang hanya meraih 11,03 persen suara.
Dalam Pilkada 2015 itu pasangan Anas-Yusuf kembali diusung koalisi PDIP, Nasdem, Gerindra, PKS dan PAN. Sedang Sumantri-Sigit diusung Partai Golkar dan Hanura.
Dengan kemenangan Anas yang beruntun itu, kini kursi Bupati Banyuwangi akan dengan mudah diserahkan kepada istrinya, yang telah direkomendasi Nasdem dan PDIP. Anas yang dianggap berhasil memimpin Banyuwangi selama dua periode tidak saja masih dipercaya oleh warganya, tetapi faktanya dia juga masih memegang tombol mesin birokrasi yang bisa dipencet untuk mewujudkan keinganannya.
Andai saja oleh undang-undang Anas diperbolehkan maju lagi mengikuti Pilkada Banyuwangi Desember mendatang, bukan tidak mungkin dia akan memenangkan dengan meraih suara sekitar 100 persen. Dengan kalkulasi berdasarkan kemungkinan-kemungkinan itu, maka mengalokasikan 51 persen saja suara kepada istrinya, Ipuk Fiestiandani, tentu akan lebih mudah diperoleh dibanding apa yang akan diperoleh para pesaingnya; antara lain sebut saja Yusuf Widyatmoko (Wakil Bupati sekarang), Heru Pratista, Ratna Ari Lestari (Bupati Banyuwangi 2005-2010 yang dikalahkan Anas pada Pilkada 2010), serta Emilia Contessa, artis kelahiran Banyuwangi yang juga dikalahkan Anas pada Pilkada 2015.
Ipuk Fiestiandani, istri Abdullah Azwar Anas, diperkirakan akan menyusul beberapa bupati/wali kota perempuan lainnya, yang meneruskan kepemimpinan suaminya. Di Jawa Timur, sebelumnya tercatat Dewanti meneruskan kepemimpinan suaminya, Eddy Rumpoko yang menjadi Wali Kota Batu selama dua periode.
Sebelumnya, di Kediri ada Haryanti yang menggantikan suaminya, Sutrisno yang menjadi Bupati Kediri juga selama dua periode. Lebih jauh lagi, di Indramayu, Jawa Barat, Anna Sophana jadi bupati menggantikan suaminya, Irianto Safiuddin yang juga telah menjabat dua periode.
Masih di Jawa Barat, Wali Kota Cimahi Aty Suharti menggantikan suaminya Itok Tokhija yang juga dua periode menjadi wali kota. Sedang di DI Yogyakarta, Bupati Bantul Sri Suryawidati menggantikan suaminya Idham Samawi.
Di Jateng, Bupati Kendal Widya Kandi Susanti menggantikan suaminya Hendy Boedoro. Masih di Jateng, Bupati Klaten Sri Hartini juga naik tahta menggantikan suaminya, Haryanto Wibowo.
Untuk Banyuwangi, PDIP memilih cari aman dengan menunjuk Ipuk Fiestiandani. Lantas bagaimana dengan Surabaya?
"Sampai hari ini saya belum menerima SK maupun pemberitahuan dari DPP PDIP siapa yang direkomendasi," kata Ketua DPC PDIP Kota Surabaya, yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya, Adi Sutarwijono kepada Ngopibareng, Senin siang.
Memilih siapa yang akan diajukan jadi calon Wali Kota Surabaya, nampaknya bagi DPP PDIP jauh lebih sulit dibanding memilih calon bupati Banyuwangi. Kriterianya tentu sama, cari aman, artinya dijamin menang.
Meskipun DPC PDI Surabaya telah melakukan menjaringan, tetapi untuk Surabaya ada faktor Rsima, sehingga hasil dari penjaringan serta Rakercabsus (Rapat Kerja Cabang Khusus) yang diadakan DPC PDI Surabaya tidak serta merta menjadi dasar bagi DPP PDIP untuk memutuskan calonnya.
Faktor Risma, yaitu siapa yang secara subyektif dipilih oleh Risma, Wali Kota Surabaya, bagi Ketua Umum DPP PDIP, sangat menentukan. Risma sendiri, tidak secara resmi, telah menunjuk Eri Cahyadi yang saat ini menjadi Kepala Badan Perencaaan Kota (Bappeko) Surabaya. Jabatan yang dahulu juga diduduki Risma sebelum diusung PDIP jadi Cawali pada Pilkada 2010.
Eri Cahyadi sudah melakukan banyak sosialisasi, antara lain melalui baliho-baliho besar di segala penjuru Kota Surabaya. Sebagai wakilnya dia akan menggandeng kader PDIP Armuji, mantan Ketua DPRD Surabaya yang kini jadi anggota DPRD Jatim. Gambar Armuji juga ikut tampil di baliho-baliho yang dipasang Eri Cahyadi.
Maka cukup mengejutkan, ketika hari Sabtu 4 Juli lalu, Armuji menggelar konferensi pers hanya untuk menyatakan bahwa dirinya mundur dari pencalonan sebagai cawali Surabaya.
Mundurnya Armuji itu apakah karena dia tau bahwa rekomendasi DPP PDIP tidak akan jatuh pada calon yang ditunjuk Risma? Apakah yang akan dipilih DPP adalah Whisnu Sakti Buana, mantan Ketua DPC Kota Surabaya yang sekarang menjadi Wakil Wali Kota Surabaya? Dan Armuji akan bergeser menjadi cawali mendampingi Whisnu Sakti Buana?
Berlarut-larutnya ketetapan DPP PDIP, tentu akan merugikan calonnya, siapapun yang nanti akan dipilih. Sementara hari terus berjalan, dan calon pesaing potensial yang ada, yaitu Machfud Arifin yang diusung hampir semua partai kecuali PDIP, hari demi hari telah melangkah ke depan, sehingga hari demi hari makin sulit untuk dikalahkan.
Tidak seperti di Banyuwangi, di Surabaya PDIP belum aman. (m. anis)