Cara Unik Mahasiswa Ubaya Edukasi Kekerasan Anak Lewat Board Game
Edukasi bisa dilakukan lewat media apa pun, termasuk melalui permainan. Hal ini dilakukan dua mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya (Ubaya), Cherlyn Gabriella Tandri dan Carolyn Angelica.
Keduanya membuat board game “Safety Seeker: The Great Adventure”. Board game ini bertujuan untuk memberikan edukasi pada anak Sekolah Dasar (SD) tentang pencegahan kekerasan seksual dengan cara yang menyenangkan.
Cherlyn mengatakan, pembuatan board game ini dilatarbelakangi oleh data yang menunjukkan bahwa jumlah kasus kekerasan seksual banyak terjadi pada anak berusia 6-12 tahun.
"Anak rawan menjadi korban karena dianggap lemah dan tidak berdaya.
Ditambah, di Indonesia topik mengenai seksualitas cenderung dihindari karena tabu," terangnya, Minggu, 20 Agustus 2023.
Lebih lanjut ia mengatakan, sehingga guru sering kali mengalami kesulitan dalam memberikan pendidikan seksual kepada anak karena keterbatasan bahasa dan materi yang dimiliki.
“Oleh karena itu, kami menciptakan inovasi ini untuk membantu memberikan pemahaman tentang underwear rules atau panduan untuk menjelaskan pendidikan seks secara sederhana,” jelasnya.
Ia menambahkan, adventure menjadi tema yang diusung karena materi mengenai kekerasan seksual merupakan materi yang belum familiar bagi anak, sehingga perlu dikemas dengan tema yang menarik.
Konsep board game dipilih karena dinilai merupakan salah satu media pembelajaran yang relevan serta dapat menarik perhatian anak.
Lebih lanjut, Carolyn menjelaskan, game ini dimainkan oleh minimal dua anak dengan didampingi orang dewasa. Permainan terdiri dari board game, pion, dadu mata empat, serta kartu pertanyaan.
"Cara bermainnya adalah tiap anak melempar dadu untuk menentukan arah pion. Tiap langkahnya, anak akan mengambil satu kartu dari dua tumpukan kartu, yakni merah dan biru," terangnya.
Dalam tumpukan kartu akan ada pertanyaan benar atau salah dan pertanyaan terbuka.
"Anak akan dibimbing oleh orang yang lebih dewasa seperti guru atau orang tua untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut. Materinya dapat dibaca pada kertas instruksi yang telah disediakan,” ujar lulusan SMAK Mater Dei Probolinggo itu.
Pembuatan board game ini memerlukan waktu selama sepuluh bulan. Carolyn mengungkapkan, kesulitan yang dialami ada pada penyesuaian bahasa.
Mereka harus membuat kalimat yang bahasanya mudah dipahami oleh anak. Walaupun begitu, mereka mendapat bantuan dari tiga orang ahli dalam bidang psikologi sosial dan perkembangan anak yang merupakan dosen Fakultas Psikologi Ubaya.
Saat ini, karya mereka telah dilirik oleh dua sekolah di Jawa Timur. Mereka juga memproduksinya untuk digunakan di Laboratorium Psikologi Umum Ubaya.
“Ke depannya, board game ini akan coba kami kembangkan secara lebih spesifik sesuai kebutuhan anak. Harapannya dapat dipakai secara luas oleh anak-anak di Indonesia,” tutup Carolyn.
Advertisement