Cara Perempuan Jombang Sulap Tanah Liat jadi Uang
Enang Sulastri, 45 tahun, warga Dusun Mambang, Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Kabupaten Jombang, sudah puluhan tahun menghidupi diri dari tanah liat. Di tangan perempuan paruh baya ini, tanah liat bisa ia sulap jadi beragam benda dengan nilai ekonomis, seperti pot bunga, asbak, dan aneka gerabah.
Enang mengaku, keterampilan yang ia miliki ini sudah terasah sejak kecil. Ketika itu, ia membantu ibunya membuat kerajinan lalu dijajakan. "Saya bekerja sudah puluhan tahun, atau sejak masih sekolah dasar (SD). Waktu itu hanya membantu ibu. Setelah itu baru saya meneruskan usahanya sampai sekarang," ucapnya pada wartawan, Kamis 17 Juni 2021.
Setiap harinya, Enang mengolah tanah liat di rumahnya yang sederhana. Berdinding kayu, beralaskan tanah, seperti rumah tua zaman dulu. Di halaman rumah terdapat tumpukan puluhan gerabah hasil kerajinannya. Berdampingan dengan kandang ayam.
Dengan bahan utama tanah liat, Endang mengaku, usahanya ini naik turun. Karena harga jual produknya juga tidak terlalu mahal. "Memang tidak terlalu mahal, karena bahan tanah liat dan pasir. Setelah itu dibentuk dan ditunggu sampai matang," ungkapnya.
Puluhan tahun menekuni kerajinan tanah liat, Enang mengatakan omset pendapatan hasil jualannya bisa mencapai Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta, dengan harga pasaran penjualan tiap produk yang dihasilkan, mulai dari harga Rp 3 ribu hingga Rp 7 ribu rupiah.
Meski tidak besar, Enang mengaku penghasilannya selama ini cukup dan tetap bisa bertahan. Produk yang ia buat biasanya dijual ke beberapa penjual di area Jombang, Mojokerto dan Surabaya. "Cukup untuk kehidupan sehari-hari," katanya.
Setiap hari, ia menyempatkan waktu untuk mencari tanah liat. Sehari ia bisa membuat 10 sampai 20 kerajinan yang ia stok dirumahnya, selain dari pesanan. Selain memenuhi pesanan, Endang juga mulai memasarkan kerajinannya lewat media sosial.
"Ya semoga produk saya ini bisa terjual luas dan semakin banyak yang minat. Apalagi sekarang ini masih belajar sosmed. Sebelumnya tidak tahu untuk berjualan online," tukasnya.
Terlebih saat ini masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Ia mengaku usahanya sempat mandek karena pesanan menurun. Namun, untuk tetap bertahan, ia tetap melakukan produksi meski pesanan menurun. "Sempat sepi, tapi sekarang beberapa bulan terakhir ya lumayan lah meski tidak banyak. Semoga cepat selesai saja kondisi seperti ini biar bisa produksi seperti biasa lagi," pungkasnya.