Campur Tangan Pemerintah, Bahaya bagi Kehidupan Koperasi
Koperasi menjadi satu-satu jalan untuk menata perekomian rakyat. Sistem perekonomian kerakyatan tidak bisa dipaksakan oleh pemerintah. Namun, ia harus bergerak dari bawah, dari keinginan masyarakat untuk membenahi dirinya agar mendapat penghidupan yang lebih maju.
Hal itu terungkap dalam seminar "Kemajuan Pembangunan dan Tantangannya" di Hotel Alana Surabaya, Kamis 21 Februari 2019. Menghadirkan sejumlah pembicara, Prof Dr Ahmad erani Yustika, staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, dan HM Kusnan SE, Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan.
Ekonomi kerakyatan, menurut H Kusnan, sesungguhnya penataan ekonomi bagi umat Islam Indonesia di lapis bawah. Dan itu tercermin dari kehidupan warga NU, karena mayoritas tinggal di desa.
"Gus Dur pernah mendeklarasikan ekonomi kerakyatan di Nongkojajar, Pasuruan. Nah, secara jelas, dalam koperasi memberi banyak pelajaran. Bila mau sekolah demokrasi maka masukkan di koperasi," kata Kusnan.
"Hanya saja harus diingat, jangan ada turut campur tangan pemerintah dalam koperasi. Koperasi murni aktivitas perekonomian dari warga masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya agar lebih baik," tutur guru besar Universitas Brawijaya Malang ini.
Ia mengingatkan, dasar pemikiran Bung Hatta, Proklamator dan Founding Father Republik Indonesia (RI). Koperasi sangat baik untuk kehidupan masa depan, untuk generasi muda di masa depan.
"Dari sekian anggota kami ada, 9 ribu, terdiri dari 5100 peternak, lainnya petani tanaman pangan dan agrikultur, dll," tutur Kusnan.
Menanggapi hal itu, Prof Ahmad Erani Yustika membenarkan bila koperasi merupakan saluran bagi perbaikan perekonomian rakyat yang lebih mengakar.
"Hanya saja harus diingat, jangan ada turut campur tangan pemerintah dalam koperasi. Koperasi murni aktivitas perekonomian dari warga masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya agar lebih baik," tutur guru besar Universitas Brawijaya Malang ini.
"Yang paling pokok, cerita di masa lalu, bila koperasi didorong pemerintah percayalah koperasi tak akan memiliki usia panjang. Karena koperasi harus berdiri dari warga masyarakat, itulah kemandirian."
Ahmad Erani berkisah, dirinya kurang lebih dalam 5-7 tahun terakhir berinteraksi dengan Serikat Tani Indonesia (STI). Pada 2015, disampaikan janganlah berhenti pada aksi dan advokasi. Masukklah untuk menyusun dan desain gerakan ekonominya. Itu Koperasi pertanian di Kabupaten Asahan Sumatera Utara," tutur Ahmad Erani Yustika, penulis produktif di sejumlah media nasional ini.
Menurutnya, kini berdiri 5 kedai kopi yang diinisiasi STI. Selain itu, bersama para anggota "Desa Mandiri tanpa Korupsi, mendirikan koperasi, 2018."
Ketika pada sesi tanya jawab dalam diskusi yang dipandu Khodafi ini pertanyaan terkait kehidupan petani bila produksi melimpah harga turun, akhirnya merugi.
Menanggapi hal itu, Ahmad Erani menguraikan tips agar tidak rugi.
"Selama ini bila kita hanya melakukan kegiatan produksi dan tidak menguasai di hilirnya kita akan mengalami masalah. Contoh kecil; Lima Kilogram. Jualannya bawang merah, milik petani diolah dikemas 5 kiloan. Lalu menggandeng ritel yang bisa berinteraksi dengan petani," tuturnya.
Diingatkannya, kita tidak bisa sendiri, harus interaksi dengan banyak kalangan. "Bila kita main di hulu, kita akan sulit mencapai keberhasilan. Bila dari hulu harus ke hilir. Seperti pengolahan susu sapi, kotoran diolah, biogas hingga untuk pupuk tanaman," kata Ahmad Erani, seraya mengapresiasi keberhasilan koperasi yang dikelola Kusnan di Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan itu.
Pada bagian lain, Ahmad Erani mengatakan, di pasar produk pertanian secara umum harus dibantu pemerintah, baik pusat maupun daerah. Di Kulonprogo ada konsep "beli dan bela". Pengaturan zonasi antara penguasa besar dan kecil. Penggunaan lapak-lapak harus didorong.
Ia pun menjelaskan peran pesantren untuk mendorong agar terus mendukung proses pembangunan.
Koperasi Peduli Pendidikan
Pada bagian lain, Kusnan mengingatkan, sebaik apa pun usaha bila kelembagaan tidak diatur dengan baik tidak akan berhasil.
"Pertama, mengatur kelembagaan. Kedua, melengkapi infrastruktur usaha. Ketiga, memberi pelayanan pada anggota, pendidikan, dll.
"Dalam pendidikan, kita mensuport guru-guru agama, beasiswa pada anak-anak peternak yang tak mampu. Ada yayasan pendidikan, 1056 murid," kata Kusnan, yang mendapat aplaus dari peserta seminar tersebut.
"Kami berpartisipasi pada pembangunan daerah. Setiap akhir tahun, memberikan. Untuk mendirikan musala, masyarakat urunannya dengan susu. Kami berdoa dan bekerja," cerita Kusnan.
"Kami di Setia Kawan menentukan besar-kecil SHU dan bunga pijaman, rata-rata 1 persen. Pada Rapat Akhir Tahun (RAT) dalam koperasi yang dipimpinnya membagikan kepada anggota hampir Rp 3 miliar," tutur Kusnan.
Menurut Kusnan, usaha pertanian, peternakan, itu berokah. Kita perlu memikirkan masalah ekonomi. Agar hasil pertanian stabil harus ada aktivitas industri. Dari sapi, kotorannya dimanfaatkan biogas. Masyarakat di pedesaan dengan populasi sapi hingga 2000 ekor, 2100 unit biogas. Digunakan 100 KK. Sedang ampasnya digunakan untuk tanaman apel dan bunga.
"Bila ada anggota sakit, tiggal menghubungi dokter. Demikian pula bila ada anggota yang meninggal dunia, koperasi bisa memberikan kepeduliannya. Untuk kesehatan anggota ikut BPJS," kata Kusnan.
Dalam pemeliharaan sapi perah, menurutnya, sapi induk tetap milik koperasi. Sedang anaknya, gantian susunya diberikan pada peternak. Kusnan pun berkisah soal hubungannya dengan Kementerian Pertanian.
"Dari Kementerian Pertanian, kami diminta bikin kurikulum. Tugas di pengurus koperasi. Tiap tahun kami menerima mahasiswa dari New Zealand," kata Kusnan, mengundang decak kagum pada peserta seminar.
Selain itu, pembicara lainnya adalah Dr Mohammad Anas, M Phil, dosen FISIP Universitas Brawijaya. Dalam panel diskusi seminar yang digelar Spektra Surabaya ini, ada KH Abdul Hamid Wachid MSi, Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, Diah Agus Muslim, Sekretaris MPW Pemuda Pancasila Jawa Timur, dan Durrul Izza Al-Fatawi, Ketua Korwil Gempita Jawa Timur. Diskusi dimoderatori Khodafi Msi, dosen UIN Sunan Ampel Surabaya, difasilitasi KH Roni Sya'roni, Direktur Spektra dan Ustaz Mohammad Taufik Mukti.(adi)