Calon Pengganti yang Bisa Lebih Kejam dari Kim Jong-Un
Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-Un, dilaporkan dalam kondisi bahaya besar usai menjalani sebuah operasi. Informasi yang beredar menyebut Kim Jong-Un baru saja menjalani prosedur kardiovaskular pada 12 April 2020. Kardiovaskular digunakan untuk menyebut penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah, misalnya penyumbatan pembuluh darah.
Kim Jong-Un dilaporkan absen dari acara peringatan hari kelahiran kakeknya, Kim Il Sung, pada 15 April lalu. Padahal, saat itu merupakan hari libur paling penting di Korut. Namun, pemerintah maupun media Korea Utara bungkam soal laporan tersebut.
Di tengah kabar sakitnya Kim Jong-Un, nama sang adik Kim Yo-jong mendadak naik daun. Ia disebut akan jadi pemimpin Korut jika Kim Jong-Un meninggal.
Terlepas dari jenis kelaminnya perempuan, pakar rezim totaliter Profesor Natasha Lindstaedt dalam wawancara dengan Daily Mirror, Sabtu 25 April 2020, Kim Yo-jong adalah wanita paling kuat di negara komunis tersebut.
“Keluarga Kim sudah dipandang sebagai 'dewa' di negara itu, sehingga anggota keluarganya tidak masalah untuk memimpin negara meskipun seorang perempuan,” tutur Lindstaedt.
Kim Yo-jong, lanjut Lindstaedt, bisa menjadi pemimpin yang lebih kejam daripada kakaknya yang sudah delapan tahun memimpin Korut. “Diktator muda Korut usia 31 tahun itu dicitrakan media Barat sebagai pemimpin tertinggi yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada para pembangkang, termasuk anggota keluarganya sendiri,” bebernya.
Kim Jong-Un telah beberapa kali membuat Amerika Serikat dan Korea Selatan ketir-ketir dengan uji coba rudal dan senjata nuklir. Apa yang dilakukan pemimpin berusia 36 tahun ini untuk menunjukkan kemampuannya untuk menyerang Amerika dan Korea Selatan.
Kini ada kekhawatiran bahwa adik perempuannya, yang berbagi hasratnya untuk pengembangan senjata, bisa melakukan lebih banyak hal untuk menunjukkan keberaniannya.
"Mungkin dia akan mengadopsi garis yang lebih sulit daripada kakaknya dalam berurusan dengan seluruh dunia karena tingkat kemiskinan. Seringkali pemimpin baru merasa mereka harus lebih tangguh daripada yang sebelumnya," kata Lindstaedt.
Seorang mantan perwira intelijen militer Inggris mengatakan kepada Daily Mirror, bahwa kemungkinan anggota keluarga akan mengambil alih kepemimpinan Kim Jong-Un, untuk melindungi dinasti yang sedang berlangsung.
"Korea Utara menjadi lebih agresif dan tidak terduga dan ada kemungkinan dia akan melanjutkan ini," ujarnya merujuk pada sosok Kim Yo-jong.
Profil Kim Yo-jong
Kim Yo-jong adalah anak kelima dan bungsu dari mendiang Kim Jong-il. Lulusan ilmu komputer ini sama seperti sang kakak, yakni menikmati kehidupan mewah yang asing bagi sebagian besar orang miskin di Korut.
Sejak usia sembilan tahun, Kim Yo-jong dididik di Swiss bersama Kim Jong-Un dan memiliki koki pribadi serta tim pengawal. Kim Yo-jong kembali ke Pyongyang untuk kuliah di universitas sebelum mengambil tempat di antara elite penguasa.
Kim Yo-jong menjadi utusan keluarga pertama yang mengunjungi Ibu Kota Korea Selatan, Seoul. Ia juga bergabung dengan kakaknya yang gila kekuasaan dalam pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Kim Yo-jong kemungkinan adalah pewaris takhta Korut, karena anak-anak Kim Jong-Un masih terlalu kecil. Kim Jong-chul, kakak laki-laki berusia 38 tahun dinilai sebagai playboy yang tidak begitu minat dengan politik.
Saudara tiri Kim Jong-Un, Kim Jong-nam meninggal dalam pembunuhan di Malaysia pada 2017. Saudara tiri lainnya, Kim Sol-song, 45 tahun, tidak dianggap sebagai penantang untuk mengambil alih kekuasaan.
Advertisement