Calon Jenderal "Setor" Rp 2 M, Kini Pakai Katabelece Dicoret
Selepas Subuh tahun 2014 silam, ada seorang perwira menengah (pamen) Polri yang berdinas di luar Jawa mengajak penulis menemui salah satu petinggi Polri. Kedatangannya itu untuk mendapat rekomendasi (katabelece). "Saya titip-titip nasib pada Bapak itu. Semoga saya bisa lulus Sespimmen (Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi). Susah kalau tidak begini," ujar pamen tadi.
Saat menemui perwira tersebut, pamen ini meminta penulis untuk menunggu di dalam bersama sopir. Dia turun sendiri sambil membawa sesuatu. Tak berapa lama, pamen tersebut keluar gedung dan tanpa membawa apapun. Berjalan dengan tegap, kedua tangan tanpa membawa apapun, padahal saat berangkat perwira ini membawa sebuah bungkusan.
"Kalau tidak tembus juga, saya minta tolong sampeyan ikut lobi lobi untuk Masmu ini. Persaingan ketat. Karena itu aku mengajak kamu untuk menunjukkan kalau saya benar-benar berusaha," kata perwira itu.
Akhirnya saat pengumuman perwira tersebut dia tidak lolos seleksi Sespimmen, karena perwira tinggi Polri yang dititipi (minta rekomendasi) terlanjur dimutasi.
Pengalaman lainnya seorang bintara polisi kenalan lama yang ingin dibantu melobi sejumlah petinggi Polri agar dia lolos sekolah calon perwira (secapa) di Sukabumi. Juga seorang kapten polwan yang menitipkan daftar riwayat hidupnya.
Kini Polwan tadi sudah pensiun. Menghadapi semua itu, penulis buku ini menolak halus setiap permintaan tadi.
Di kepolisian RI ada tiga sekolah utama yang menentukan karier anggota polisi. Pertama Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) peserta didiknya polisi berpangkat AKP. Lama pendidikan 1,5 sampai 2 tahun. Lulusan PTIK dengan gelar Sarjana Ilmu Kepolisian (SIK) diproyeksikan menjadi Kasat, Kabagops atau Wakapolres.
Lalu ada Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah (Sespimmen) diikuti Kompol atau AKBP. Lulusannya diproyeksikan menduduki jabatan Kapolres dan jadi prasyarat promosi Kombes. Tidak lulus Sespimmen maka sulit jadi Kombes. Masa pendidikan Sespimmen sekitar tujuh bulan.
Yang terakhir Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) / Lemhanas / Diklat PIM I sebagai salah satu syarat menjadi Jendral. Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian merupakan lulusan Lemhanas.
Tapi, untuk mengikuti jenjang pendidikan di semua level polisi tadi tidak gratis. Makin tinggi jenjang pendidikan maharnya kian mahal. Begitu juga jabatan yang punya wilayah teritorial seperti, Kapolres maupun Kapolda tentu tidak gratis. Semua ada biayanya.
Seperti penuturan seorang perwira yang tidak mau disebut namanya karena sampai sekarang masih berdinas di Polri. Kalau hanya sekedar titip nama ibarat Datang bilang Assalamulaikum, pulang hanya dapat Waalaikum salam.
"Datang bawa angin, pulang ya hanya bawa angin. Tetapi kalau datang membawa, supaya pulang juga bisa dapat atensi. Untuk jabatan Kapolres saja bisa Rp 1 miliar. Belum Kapolda pasti di atasnya," katanya.
Sumber tersebut juga mengungkapkan untuk lolos Sespimmen Rp 500- Rp 700 juta dan Sespimti bisa Rp 2 miliar. "Jadi ada daftar menunya. Uang gaji polisi tentu tidak cukup. Lalu bagaimana? Ya Main kasus atau cari-cari obyekan untuk setoran. Beruntung kalau bisa dapat posisi tanpa setor upeti," katanya.
Itu cerita dulu, sebab sejak Irjen Arief Sulistyanto menjabat Asisten SDM Polri pada Februari 2017, semua penyimpangan tadi berupaya dilibas habis. Itu tercermin dari seleksi peserta didik Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) angkatan 27 tahun anggaran 2018 lebih terbuka dan transparan.
Sespimti adalah sekolah pendidikan paling penting dalam peningkatan karir seorang polisi menjadi Jendral. Sespimti adalah sekolah lanjutan setelah Sespimmen (Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah). Karena itu sebuah kebanggan untuk bisa lolos di Sespimmen.
Serangkaian tes 2017 hampir sama pada dua tahun tahun sebelumnya. Yang membedakan tes Sespimti tahun 2017 hanya tes assessment menggantikan tes potensi akademik. Tes assessment memiliki bobot 80 persen dan tes TOEFL hanya 20 persen. Sedangkan tes kesehatan dan tes psikologi tidak dinilai dengan skor. Tapi, hanya apakah seseorang memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat.
"Tahun ini memakai assessment. Dalam tes kita diberi soal lalu harus memecahkan dan mencari solusi atas soal itu secara berkelompok. Semua tergantung kemampuan kita. Kami saling berdiskusi dan berdebat dengan peserta seleksi lain dalam kelompok sambil dinilai oleh assessor. Tak bisa mengharapkan bocoran," kata Helvi, salah satu perwira menengah yang lolos Sespimti.
Karena itu Helvi pantas berbahagia karena dari 242 yang ikut tes yang dinyatakan lolos hanya 32 untuk Sespimti dan 30 orang masuk Lemhanas. Ini ditambah 8 orang yang tahun ini dinyatakan lolos melalui jalur talent scouting dan satu lewat jalur S3 matrikulasi.
Jalur "tol" talent scouting adalah hak prerogative Kapolri dan Wakapolri untuk memberikan reward pada perwira yang dianggap berprestasi. Jalur ini sengaja diadakan guna memacu setiap anggota Polri agar berprestasi.
Begitu ketatnya persaingan dalam Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti). Syarat lulus menjadi mutlak bagi seorang yang berpangkat Kombes (Komisaris Besar) untuk menduduki jabatan eselon IIA atau jabatan Brigjen. Maka, persaingan sesama teman (Kombes) begitu ketat. Untuk bisa ikut tes Sespimti, syarat formalnya seseorang sudah harus duduk di eselon jabatannya II B3 dengan masa Kombes dalam pangkat selama dua tahun.
Ditambah juga tiap Kombes hanya punya kesempatan terbatas untuk ikut Sespimti. Umumnya seorang Kombes hanya punya kesempatan 5-6 kali kesempatan seleksi Sespimti. Maka, tak jarang ada Kombes yang menghalalkan segala cara.
Dengan sistem yang sehat, lulusan Akpol 1992 itu yakin organisasi Polri akan diuntungkan karena mendapatkan perwira berkemampuan manajerial dan kompetisi individu mumpuni. Apalagi Sespimti dan Lemhanas adalah pendidikan tertinggi di Polri dalam mencetak pimpinan polisi masa depan. Sistem yang fair akan menentukan bagaimana perilaku para perwira tersebut saat menduduki jabatan tinggi berikutnya.
Yang menarik Asiten SDM Polri Irjen Pol Arief Sulistyanto mengambil sumpah dan penandatanganan pakta integritas bagi panitia dan peserta seleksi Lemhanas PRPA LVIII dan LVIII serta Sespimti Dikreg ke 27 tahun 2018. Tujuanya, agar penitia dan peserta benar-benar jujur, terbuka, fair dan tidak melakukan penyimpangan.
Sebab, Sespimti dan Lemhanas adalah sekolah tahapan paling penting bagi para Kombes Polri sebelum mereka naik pangkat menjadi Jendral (Brigjen). Stok Kombes lebih banyak daripada kursi Brigjen. Kini, ada ratusan Kombes yang sudah lulus Sespimti atau Lemhanas pada masa lalu tapi belum juga naik menjadi Jenderal (Brigjen).
Data SDM Polri per Januari 2018, para Kombes yang sudah mengikuti pendidikan Sespimti, Lemhanas, Sesko TNI, dan Diklat Pimpinan Tingkat I, tapi masih jadi analis kebijakan (anjak), atau belum jadi Brigjen ada 249 orang. Jumlah ini termasuk mereka yang masih dalam pendidikan Sespimti tahun 2017.
Juga termasuk 93 orang yang sudah lulus tapi kini sakit dan dalam penyelesaian masalah. Ada dari mereka yang sudah lulus 2015-2016 lalu tapi masih jadi Kombes. Saat ini perwira tinggi Polri yang berada di luar struktur ada 123 orang.
Rinciannya, Komjen 3 orang, Irjen 24 orang, dan Brigjen 96 orang. Ini belum termasuk Kepala BIN Jendral Budi Gunawan yang saat buku ini ditulis sudah masuk usia pensiun. Sedangkan Pati di Mabes Polri dan Polda total ada 176 orang. Jadi, total Jendral Polri (di dalam dan di luar struktur) ada 299 orang.
Sementara data SDM Polri Januari tahun 2018 yang telah mengikuti Sespim ada 630 AKBP yang eligible untuk jadi Kombes (berasal lulusan Akpol, Sepa, dan Secapa). Lalu ada 215 Kombes yang eligible untuk jadi Brigjen. Padahal, jumlah Kombes yang pensiun pada 2018 hanya 48 kursi.
Dan, Brigjen yang pensiun da 20 orang (di dalam dan di luar struktur). Sedangkan Irjen yang pensiun 2018 ada 13 orang dan Komjen hanya 2 orang. Jadi, total jendral yang pensiun tahun 2018 hanya 35 orang.
Kata Arief, kondisi ini sama dengan mencoba memasukan unta ke lubang jarum. "Gak mungkin bisa kan. Maka, tidak semua Kombes akan menjadi Brigjen. Kuncinya ya dicari best of the best, di assessment lagi lalu baru dibawa ke Wanjak (Dewan Jabatan dan Kepangkatan)," katanya. Wanjak Polri dipimpin Wakapolri. Turut hadir Irwasum , Asisten SDM, Kadiv Propam dan karo Binkar sebagai asisten rapat. (Bahari)