Cakwe Jajanan Legendaris Dari Cina, Unik Dan Gurih
Cakwe, jajanan yang terbuat dari adonan tepung terigu yang digoreng dalam bentuk batangan dan rasanya lezat, menjadi buruan banyak orang. Sebab oke banget kalau untuk pendamping minum teh maupun ngopi.
Cakwe punya rasa yang gurih, dengan tekstur renyah di luar dan lembut di dalam. Dan penyajiannya setiap daerah berbeda. Di Jakarta, penyajiannya dengan saus pedas. Di Solo, Jawa Tengah disajikan dengan susu kedelai. Di daerah lain, cakue disajikan dengan sambal asam cair.
Di balik rasa gurih yang membuat orang ketagihan, cakwe diketahui menyimpan sebuah cerita legenda. Dikutip dari buku Koki Kumis dan 5 Cerita Kuliner terbitan Kemendikbudristek, cakwe ternyata berasal dari dialek Hokkian. Cakwe yang berarti hantu yang digoreng.
Dalam buku itu disebutkan cakwe dibuat secara tidak sengaja, oleh seorang warga yang tidak terima dengan peristiwa kematian jenderal yang sangat dicintai rakyatnya bernama Jenderal Yue Fie.
Pada abad 12, Yue Fei adalah jenderal utama pasukan Kerajaan Song. Jenderal Yue Fei dengan keberaniannya berhasil menaklukkan musuh yang sempat merebut tahta beberapa kota milik Song. Pada saat bersamaan, di istana Kaisar Tang Gaozong ada seorang menteri bernama Qin Hui (Chin Kwe).
Dalam perjalanan hidupnya Jenderal Yue Fie difitnah oleh Perdana Menteri Qin Hui di era Dinasti Song. Tuduhan itu membuat menteri dan Kaisar Tang Gaozong untuk menghukum Yue Fei atas tuduhan palsu. Yue Fei bahkan dipenjarakan dan dihukum mati. Kematian Sang Jenderal menyulut kemarahan rakyat.
Dari kejadian tragis ini, seorang pedagang panganan kecil bernama Li Si memutuskan untuk menggoreng dua adonan tepung yang dibentuk seperti manusia yang saling memunggungi.
Ia membuat 2 batang adonan tepung beras yang dijadikan satu, melambangkan Qin Hui dan istrinya untuk digoreng dan dimakan.
Ini simbol cemooh dan kebencian rakyat atas Qin Hui. Ibu pedagang itu pun berteriak, "Dijual Hui Goreng!". Hal ini menarik banyak orang yang kemudian datang untuk melihat Hui Goreng.
Namun, nama itu dipelesetkan menjadi 'hantu goreng', karena dalam bahasa Mandarin 'gui' memiliki arti hantu dan setan. Kata ini sering juga dipakai untuk menggambarkan sifat buruk seseorang seperti Qin Hui.
Lambat laun, makanan ini menyebar ke berbagai wilayah dengan nama 'You Tiao' yang diambil dari dialek Zhejiang. Dalam dialek Hokkian, cakwe disebut 'cahkwe' dari asalnya (iû-chiā-kóe). Sedang penamaan akwe, adalah dialek Hokkian yang berarti hantu yang digoreng (油炸, hanyu pinyin: You Zha Gui).
Pedagang cakwe jumbo di Palmerah Barat Jakarta yang biasa disapa Om Jo mengatakan, meskipun terkait dengan cerita di Cina, ada yang mengklaim kalau cakwe berasal dari Medan.
Selain menjual Cakwe, Om Jo juga menjual kue bantal. Dinamakan roti bantal karena bentuknya menyerupai bantal. Rasanya mirip dengan roti goreng di Surabaya.
"Pelanggan lebih menyukai cakwe karena rasanya gurih daripada roti bantal yang cenderung manis," kata Om Jo.
Meskipun lokasinya di kampung, cakwe jumbo buatan Om Jo tetap dicari, pembelinya sampai antre.
Salah seorang penikmat cakwe, Kenes menuturkan, cakwe jumbo Om Jo tidak seberapa. Masih ada yang lebih besar, di FX Senayan panjangnya sampai 50 sentimeter. Pengunjung menyebut cakwe planet, satu bisa dimakan rame-rame.
Sekarang setiap orang bisa membuat cakwe sendiri. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat cakwe ini sangat sederhana. Orang-orang biasanya mencampurkan tepung terigu atau tepung beras, kemudian ditambah dengan air.
Berikut resep dan cara membuat cakwe:
Bahan:
- 500 gr tepung terigu
- 1 sdm baking powder
- 2 sdm garam
- 600 ml air
- Minyak sayur secukupnya
- Minyak goreng secukupnya
Caranya:
- Campur bahan-bahan jadi satu, kecuali tepung terigu dan minyak sayur. Kemudian adon menggunakan tangan.
- Campurkan tepung terigu, aduk kembali dan biarkan selama 20 menit.
- Adon kembali, adonan bagian pinggir ditaruh ke bagian tengah secara berulang. Biarkan adonan selama 15 menit.
-Balik adonan dan beri sedikit minyak sayur agar permukaan lembab. Biarkan adonan selama satu jam.
-Saat adonan kalis dan mekar, adonan tersebut dibentuk menyerupai dua batang yang panjangnya kira-kira 15-20 cm.
Tumpuk dengan sedikit tekanan agar terbentuk garis bagian tengahnya sebelum digoreng. Adonan pun digoreng hingga berubah warnanya menjadi kecoklatan.