Cak Sapari Seniman Grup Kartolo Cs Berpulang, Ini Data Lengkapnya
Seniman ludruk sekaligus pelawak legendaris Cak Sapari meninggal dunia. Seniman yang tergabung dalam Grup Kartolo Cs ini, mengembuskan nafas terakhir pada Kamis, pukul 04.30 WIB. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun.
Cak Sapari, sempat beberapa bulan terbaring di rumahnya, dan mendapatkan perawatan medis di RSUD dr. Soewandhie, Kota Surabaya, Jawa Timur.
Tenaga kesehatan dan ambulans keika itu menjemput Cak Sapari di rumahnya Jalan Simo Mulyo Baru Surabaya pada Sabtu 18 Juni 2022. Cak Sapari harus menjalani perawatan medis di RSUD Soewandhie.
"Beliau (Cak Sapari) dirawat di instalasi gawat darurat (IGD)," kata Dirut RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya Billly Daniel Messakh di Surabaya, dalam keterangannya. Pihaknya pun melakukan diagnostik dengan foto thorax dan laboratorium, saat itu.
Cak Sapari mengeluhkan batuk pada empat bulan terakhir ini. Meski demikian, lanjut kondisi Cak Sapari stabil dan saat ini dilakukan rawat inap. Namun, akhirnya akhir hayat pun tak bisa ditolak.
Perjalanan Cak Sapari dan Lawak Kartolo Cs
Sapari adalah salah satu seniman ludruk legendaris dari grup Kartolo CS asal Surabaya. Cak Sapari demikian biasa Sapari disapa merupakan sosok seniman ludruk asal Surabaya yang kondang bersama dengan Kartolo.
Pria kelahiran 5 Juli 1948 ini mengisahkan bahwa dirinya saat terjun di dunia seni ludruk Surabaya ini awalnya adalah bersolo karir. Begitu pula dengan Kartolo, teman seperjuangannya dahulunya show secara terpisah-pisah dan sendiri-sendiri.
Lawak Kartolo Cs
Di Jawa Timur nama ludruk Kartolo cs sudah sangat melegenda. Banyolan khas Jawa Timuran ini dikenal lucu dan mendidik. Tak heran meski sudah tidak terlalu aktif, rekaman audio ludruk Kartolo cs masih sering diputar di radio-radio.
Sosok Kartolo adalah figure sentral dalam kelompok ludruk ini. Kartolo lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 2 Juli 1945 adalah pelawak dan pemain ludruk. Melansir Wikipedia, Kartolo sudah aktif dalam dunia seni ludruk semenjak era tahun 1960-an. Ia meniti karier di beberapa grup Ludruk. Ia pernah bergabung dengan ludruk Dwikora milik Zeni Tempur V Lawang, Malang, dan ludruk Marinir Gajah Mada Surabaya.
Selanjutnya ia mendirikan grup ludruk Kartolo CS. Sebelum membentuk lawak ludruk, Kartolo bergabung dengan ludruk RRI Surabaya, bersama seniman ternama lainnya seperti Markuat, Kancil, dan Munali Fatah.
Kartolo CS pada awalnya terdiri dari Kartolo, Basman, Sapari, Sokran, Munawar, dan Tini (istri Kartolo), tergabung dalam kesenian karawitan Sawunggaling Surabaya. Masing-masing pemain punya karakter yang unik dan khas, dan punya semacam ‘tata-bahasa’ sendiri.
Peran Cak Kartolo dan Pentas
Misalnya Kartolo yang menjadi paling cerdas, sehingga sering diceritakan ‘ngakali’ pemain lain, Basman yang punya suara besar dan omongan nyerocos, dan Sapari yang sering nakal tapi malah jadi korban. Biasanya ludruk kartolo ini juga dilengkapi oleh bintang tamu seperti Marlena, cak Sidik, Blonthang, Markeso dan lain-lain.
Derap langkah Kartolo melestarikan ludruk diawali dengan melakukan kolaborasi dengan Karawitan Sawunggaling Surabaya pimpinan Nelwan’S Wongsokadi. Mereka masuk dapur rekaman untuk merekam kidungan parikan diselingi guyonan pada era 1980-an.
Dalam kurun waktu itu 95 volume berhasil direkam dan dilempar ke pasar. Di luar dugaan, sambutan masyarakat Jatim luar biasa. Album-album barunya senantiasa ditunggu penggemarnya.
Formasi Emas
Namun, formasi emas ini tidak bertahan sampai sekarang. Yang tersisa adalah Kartolo, Tini dan Sapari. Basman, Sokran dan Munawar sudah meninggal dunia. Sampai sekarang Kartolo dan Sapari masih sering tampil di JTV (TV-nya Jawa Pos) di Surabaya.
Meskipun sekarang jarang masuk dapur rekaman, Kartolo dan kawan-kawan masih sering mendapat panggilan naik pentas. Dalam satu bulan rata-rata lima kali naik pentas. “Ketika kondisi perekonomian normal, kami pentas bisa lebih sepuluh kali dalam satu bulan,” katanya.
Dalam pentas-pentas resmi, lawak ludruk ala Kartolo itu sering pentas bersama kesenian campursari, dangdut, bahkan menjadi bintang tamu pertunjukan wayang kulit.
Ia tak pernah melantunkan syair kidungan yang telah dikasetkan, agar penonton tidak bosan mendengarkan lawakannya. Ia pun selalu mencatat isi lawakan yang pernah ia sampaikan di pentas. Cara itu ia pilih untuk terus menggali isi lawakan baru.
Lingkup pentas pelaku seni ini pun tidak hanya terbatas di 38 kabupaten dan kota di Jatim. Ia juga menerima undangan naik pentas di Jakarta, Bontang, Batam, serta beberapa kota di Nusa Tenggara Barat