Cafe Laut Semare, Ubah Desa Tawuran Jadi Desa Wisata
Desa Semare, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan yang identik dengan "Desa Tawuran" kini berubah menjadi "Desa Wisata" yang mempesona.
Adalah Café Laut Semare (CLS), sebuah konsep wisata pantai yang tak hanya menyajikan pemandangan hamparan hutan bakau maupun kegiatan nelayan kerang dan kupang saja. Melainkan menyajikan kuliner khas pesisir, di atas café yang terbuat dari kayu ulin.
Yajid, Kepala Desa Semare mengatakan, sebelum terbangun CLS, kawasan di sekitar café dulunya hanya digunakan sebagai dermaga untuk tambatan perahu (parkir perahu) nelayan. Lama kelamaan, sebuah gagasan untuk menciptakan sebuah café di atas laut pun, akhirnya muncul.
Gayung bersambut, HCML (Husky-CNOCC Madura Limate), sebuah perusahaan migas (Minyak dan gas), membantu membangunkan jogging track (jalur untuk pejalan kaki) sepanjang 200 meter.
Jogging track tersebut berbentuk jembatan kayu yang dihias dengan lampu warna-warni. Jembatan itulah yang menuntun setiap pengunjung ke café maupun spot-spot yang digunakan untuk berfoto dengan latar pantai.
"Dengan support HCML, kami jadi semangat untuk semakin mempercantik CLS," katanya.
Lain jogging track, lain pula café. Khusus untuk pembangunan CLS, Yajid menegaskan bahwa pendanaannya diambil dari Dana Desa (DD) tahun 2018 dengan nominal mencapai Rp 300 juta.
Anggaran tersebut paling banyak digunakan untuk membeli puluhan kibik kayu ulin dari Sulawesi. Kayu tersebut dinilai sangat kokoh dan kuat, meski menancap di tanah pantai.
"Insya Allah kuat, karena semakin kena air dan cuaca panas, justru semakin kuat dan tahan lama," katanya.
Setelah café dan jembatan terbangun, satu PR (pekerjaan rumah) lagi yang menjadi kehawatiran tersendiri. Yakni kemauan kuat masyarakat pesisir untuk diajak maju dan tak lagi "kolot" seperti dulu.
Pihak desa pun hampir putus asa dalam merubah pemikiran setiap warga yang selalu curiga dengan sebuah hal yang baru. Baik pendatang maupun perubahan yang terjadi pada lingkungan mereka tinggal. Beruntung, desa kembali mendapat bantuan character building (pembangunan karakter) dari CSR perusahaan. Hingga sukses menyulap mereka menjadi warga yang ramah dan berbudaya melayani.
"Alot (susah sekali) mas, karena tahu sendiri warga pesisir jelas gak sama dengan masyarakat pegunungan. Tapi, semua itu sudah kami lalui. Sekarang, semua warga pasti menyapa “Hallo” ke semua pengunjung yang datang ke CLS," kata Yajid, Sabtu, 18 Januari 2020 siang.
Sehari-hari, pihak desa mempekerjakan hampir 25 warga yang semuanya adalah remaja di Desa Semare. Remaja tersebut merupakan pengangguran atau masyarakat kurang mampu yang dirangkul supaya bisa mandiri dan berpenghasilan.
Menurut Yajid, setiap pekerja dibayar dengan gaji Rp 1 juta per bulannya. Gaji tersebut diambil dari keuntungan dalam penjualan minuman yang diolah BumDes (Badan Usaha Milik Desa) ataupun parkir, anjungan dan jasa perahu keliling yang diolah Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
"Kita pekerjakan para pemuda supaya mereka berdaya. Tidak boleh ada yang terlibat narkoba. Kalau ketahuan, maka langsung kita berhentikan. Supaya mereka disiplin dan takut," ujarnya.
Sekarang, CLS menjadi jujukan baru para penikmat travelling maupun wisatawan yang ingin kulineran di atas laut. Dalam satu hari, jumlah kunjungan bisa mencapai 500 orang pada hari sabtu, minggu atau tanggal merah. Sedangkan hari senin sampai jumat, rata-rata mencapai 50-100 pengunjung.
Camat Kraton, Ridwan Harris mengaku bangga dengan perubahan yang terjadi pada Desa Semare. Keberadaan CLS terbukti sukses menjadi pemicu warga dalam menggerakkan roda perekomian secara berkelanjutan. Hal itu terlihat dengan banyaknya rumah-rumah warga yang membuka warung mamin (makanan minuman) maupun area parkir kendaraan.
Tak berhenti sampai di situ, Desa Semare yang dulunya kumuh, kini mulai bersih dan sudah ditetapkan sebagai Desa ODF (Open Defication Free) alias desa yang warganya tak lagi buang air besar sembarangan.
"Silahkan datang ke sini. Dulu banyak sampah, bahkan orang berak di sungai, jamban atau dekat tambak. Tapi sekarang sudah nggak lagi. Semua warga punya WC sendiri," katanya.
Oleh karenanya, Ridwan mengajak seluruh wisatawan untuk datang ke CLS. Lantaran tidak butuh biaya mahal untuk menikmati panorama pantai yang mempesona, serta lokasi yang hanya 1 kilometer dari Kecamatan Kraton.
"Silahkan datang ke sini. Makan minumnya murah, seperti sate kerang, kepiting lada hitam, berbagai macam olahan ikan, cumi-cumi. Ada juga spot foto di beberapa titik juga ada, perahu wisata bisa keliling di sekitaran pantai untuk melihat hutan mangrove dan nelayan kupang atau kerang," katanya. (sumber: www.pasuruan.go.id)
Advertisement