Cacian-Hinaan Diterima Prof Quraish Shihab, Ini Tanggapan Tokoh
Meski mendapat penghargaan, Prof Muhammad Quraish Shihab selama ini tak lepas dari cacian dan hinaan. Khususnya, mereka yang mengarahkan fitnah kepadanya.
Namun, toh tetap saja bintang dan penghargaan diraihnya. Gagasan dan pemikirannya bagi umat Islam, tetap dibutuhkan. Khususnya, gagasannya yang meneduhkan dan mengukuhkan ajaran Islam Wasathiyah atau Islam moderat di Indonesia.
KH Husein Muhammad menyampaikan kebahagiaannya atas penghargaan yang diterima Prof M Quraish Shihab dari Pemerintah Mesir. Menurut Direktur Fahmina Institute ini, penganugerahan bintang tersebut merupakan pengakuan sekaligus berkah bagi pakar Ilmu Tafsir sekaligus penulis Tafsir Al-Quran Al-Misbah tersebut.
"Kami menyampaikan selamat dengan penuh kebanggaan kepada Bapak Prof. Dr M Quraish Shihab atas penerimaan penghargaan Bintang Tanda Kehormatan Pertama Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni dari pemerintah Mesir. Semoga Allah melimpahkan kesehatan dan keberkahan kepada beliau," tutur Kiai Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Darut Tauhid, Arjawinangun Cirebon.
Seperti diberitakan, Cendekiawan Muslim Indonesia Prof Quraish Shihab mendapat bintang tanda kehormatan dari Mesir. Anugerah tersebut diserahkan Perdana Menteri Mesir Musthafa Madbouli mewakili Presiden Abdul Fattah Al-Sisi.
Sementara itu, Andri Lesmana yang tinggal di Kota Balikpapan memberi tanggapan berikut:
Tak ada gelar 'kiai' pada sebelum namamu, meski kau layak menyandangnya. Tak juga gelar 'Habaib dan ulama', meski kau berhak memilikinya. Hanya dengan sebutan 'Pak', kau minta dipanggil dan disapa.
Keputusanmu dipanggil dengan sebutan sederhana, tentu membuatku takjub. Sebab di hari ini, hanya karena tampil di TV, seseorang digelari kiai. Karena pandai beretorika, ia diangkat jadi ulama. Karena hafal se-ayat dua ayat, ia menobatkan dirinya sebagai ustadz tanpa cacat.
Karena terciprat dari darah Nabi yang mulia, ia merasa diri pemegang kunci agama dan surga. Keluasan ilmu, kedalaman pemahaman, akhlaqul karimah, itu cuma nomor dua puluh lima.
"Pertemuanku denganmu dimulai dengan jarak, lewat buku juga ceramah-ceramah. Tapi percayalah, aku banyak belajar padamu, merenungi nasihatmu, mengakrabi pemikiranmu, itu kenapa aku menganggapmu sebagai guru," tutur Andri Lesmana.
Andri Lesmana melanjutkan: "Sebab dari seorang sahabat aku mendengar pelajaran, 'Guru bukanlah orang yang mengajarimu. Guru adalah orang yang kamu belajar kepadanya, meski tak pernah berjumpa.' Pernah kau dicaci-maki sebagai syiah, dihujat sebagai liberal, dianggap menghina Kanjeng Nabi, dituduh tak mewajibkan jilbab, tapi semua itu tak membuatmu apa-apa, selain menunjukkan sikap semakin cinta.
"Tetaplah bersahaja, Pak, tetaplah sederhana, tetaplah berhati-hati dalam menunjukkan ilmu Tuhan seperti yang selama ini kau perlihatkan.
"Kau tentu sedih atas cacian dan sangkaan buruk yang dilempar padamu, tapi kau tak meminta para pecintamu untuk membelamu, melakukan demo-demo besar demi membersihkan sangkaan-sangkaan itu, kau hanya berdoa sebagaimana doa Nabi ketika dilempari batu oleh kaum Thaif, "Ya Allah, ampuni mereka, sebab mereka tidak mengetahui.."
"Terima kasih Pak Quraish, di tengah sesak kebencian yang menyelimuti umat Islam Indonesia, di sela-sela perang virtual yang ada di antara mereka, engkau tak lelah memberi kami sebuah nasihat bahwa puncak ilmu adalah akhlak dan kerendahatian," tutur Andri Lesmana.
Advertisement