Cabai Mahal, Petani Probolinggo Mengeluh Tanaman Rusak
Meski harga cabai rawit melonjak tajam di kisaran Rp85-100 ribu per kilogram sejak sekitar dua bulan lalu, petani cabai rawit tidak sepenuhnya mengantongi keuntungan. Sebab produksi cabai rawit menurun drastis akibat guyuran hujan sejak awal 2021 lalu.
Hal itu diungkapkan sejumlah petani di kawasan selatan Kota Probolinggo yang menjadi sentra tanaman cabai rawit.
“Benar, harga cabai rawit di pasar memang tinggi, sekitar Rp90 ribu per kilo, sementara di tingkat petani cabai kami diharga Rp50 ribu sampai Rp60 ribu oleh tengkulak,” kata Mudmiatun, petani di Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Sabtu, 20 Februari 2021.
Dengan harga Rp50-60 ribu sebenarnya petani cabai mendapatkan harga yang relatif tinggi. Tetapi sisi lain, produksi cabai rawit menurun drastis karena pengaruh hujan. “Cabai rawit yang masih belum dipanen gampang busuk, juga rawan diserang beragam penyakit. Hasil panen pun jauh menurun dibandingkan saat musim kemarau,” kata Mudmiatun.
Hal senada diungkapan Mustofa, petani cabai rawit di Kota Probolinggo. “Karena khawatir membusuk di lahan, sebelum benar-benar merah, cabai rawit sudah kami panen,” katanya.
Petani asal Kelurahan Jrebeng Kidul itu menambahkan, tanaman cabai di sawah rentan terserang hama ulat karena hampir setiap hari diguyur hujan. “Meski harganya mahal tetapi hasil panen cabai menurun tajam,” katanya.
Mustofa mencontohkan, pada musim hujan, lahan sekitar setengah hektare hanya menghasilkan 25 kilogram cabai rawit setiap kali panen. Biasanya petani memanen cabainya 1-2 kali per minggu.”Dengan harga jual kepada tengkulak Rp50 ribu, sekali panen saya mendapatkan uang Rp1.250.000,” katanya.
Sementara di musim kemarau, kata Mustofa, dengan luas lahan yang sama bisa dihasilkan 1 kuintal cabai rawit setiap kali panen. “Tetapi di musim kemarau, harga cabai rawit biasanya jatuh di kisaran Rp10-20 ribu per kilogram,” ujarnya.
Melambungnya harga cabai rawit juga dibenarkan Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUPP) Kota Probolinggo, Fitriawati. “Pada musim kemarau stok cabai rawit menipis karena faktor cuaca. Hal ini membuat harga cabai rawit melambung hingga tembus Rp100 ribu per kilogram,” katanya.
Dikatakan Satgas Pangan Kota Probolinggo sempat melakukan inspeksi mendadak (sidak) terkait melambungnya harga cabai rawit. Sidak yang digelar di Pasar Baru, Kota Probolinggo, Kamis lalu, 18 Februari 2021 menunjukkan, pasokan cabai rawit ke pasar memang berkurang.
“Hasil pantauan Satgas Pangan, naiknya harga cabai ini lebih dipengaruhi berkurangnya pasokan cabai dari petani karena cuaca buruk. Bukan karena ditimbun, apalagi cabai rawit gampang membusuk, sehingga tidak mungkin ditimbun,” katanya.