Buya Syafii Maarif, Komitmen Sosial atas Nasib Bangsa
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif dikenal memegang komitmen atas nasib bangsa. Pribadi dengan integritas terjaga. Kini, kondisi Buya Syafii -- panggilan akrabnya -- dikabarkan makin membaik.
Meskipun begitu, tokoh berusia 86 tahun kelahiran Sumatera Barat, 31 Mei 1935 itu harus lebih banyak beristirahat dan membatasi menerima tamu. Demikian penjelasan seorang stafnya, Erik Tauvani.
Presiden Joko Widodo menjenguk mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr H Ahmad Syafi'i Ma'arif di kediamannya di Desa Nogotirto, Gamping, Sleman, Sabtu 26 Maret 2022 pagi,
Ditemani Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Presiden Jokowi bersama tim dokter memantau kesehatan Buya Syafi’i yang pada awal Februari lalu sempat mengalami serangan jantung ringan. Ulama senior kelahiran Sumpur Kudus, Sumatera Barat itu sampai mendapat perawatan medis di RS PKU Muhammadiyah, Gamping, Sleman.
Kesan Joko Widodo
Ada catatan menarik hubungan Joko Widodo dan Syafii Maarif. Presiden Joko berkesempatan silaturahimi dengan tokoh Muhammadiyah itu. Ketika itu, Jokowi mengungkapkan kesannya: ia adalah pengagum Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii.
Menurut Jokowi, meski sudah berusia lanjut Syafii tidak kenal lelah dan sering memberinya masukan. Jika ada saran atau kritik, maka Syafii biasa langsung datang ke istana atau menelepon untuk memberitahunya.
Jokowi menuturkan semangat Syafii kian terlihat jika sudah berdiskusi tentang isu persatuan, kerukunan, dan memajukan Indonesia. "Karena kami sadar tantangan ke depan bukan semakin ringan tapi semakin berat. Padahal kondisi negara kita ini memang berbeda-beda," ujarnya.
Kepada para Peserta Kongres Indonesia Millenial Movement itu, Jokowi mengingatkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki banyak keragaman agama, suku, dan budaya. Menurut dia, banyak yang lupa dengan keragaman Indonesia. "Inilah yang menyebabkan kita ini kadang-kadang merasa tidak saudara padahal kita adalah saudara sebangsa dan setanah air," kata dia.
Selain itu, di tahun politik ini, Jokowi meminta agar para milenial tetap menjaga kerukunan meski berbeda pilihan partai politik atau presiden. Ia tidak ingin akibat hajatan politik kerukunan di tengah masyarakat terpecah-belah.
"Coba di liat di medsos isinya seperti apa. Ini pengaruh poltik yang sering mengadu-adu kita, muncul intoleransi karena di sini di bentur-benturkan. Ini yang sering saya sampaikan berbahaya sekali," kata Jokowi.
"Itulah yang sering interaksi saya dengan Buya Syafii Maarif. Karena semangatnya saya pikir Buya ini sudah 83 tahun tapi kayak milenial," kata Jokowi saat menerima Peserta Kongres Indonesia Millenial Movement di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin, 12 November 2018.
Rasa Syukur Warga Muhammadiyah
“Alhamdulillah, hari ini Pak Presiden berkenan untuk menjenguk Buya sebagai orangtua. Yang tentu kami atas nama keluarga Buya Syafi’i Ma’arif, dan keluarga besar Muhammadiyah menyampaikan terima kasih atas atensi kemudian juga kehadiran bapak Presiden bersama bapak Setneg di tengah kesibukannya meluangkan waktu untuk menjenguk Buya. Dan tadi beliau juga mendoakan agar Buya tetap sehat dan bisa terus menjadi bapak bangsa yang bisa terus membimbing bangsa ini,” ungkap ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr H Haedar Nashir. .
Selain menyampaikan terima kasih, Haedar bersyukur dan menganggap penting kunjungan Presiden Jokowi terhadap Buya Syafi’i.
“Kami juga berdoa agar kita bangsa Indonesia dan seluruh elit bangsa diberi kekuatan untuk bisa menyelesaikan pandemi dan juga sekaligus bisa berbangsa-bernegara dengan penuh kekeluargaan. Karena ini kan simbol dari negara menghadirkan kekeluargaan, yang mana hal-hal seperti ini harus kita rawat bersama bahwa hubungan-hubungan yang informal dan kebersamaan itu menjadi sangat penting,” tuturnya.
Advertisement