Butet Kartaredjasa Dilaporkan Hina Presiden, Dibela TPN dan AMIN
Seniman Butet Kartaredjasa dilaporkan ke Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) oleh Pro Jokowi (Projo) DIY, atas dugaan menghina Presiden Jokowi dalam acara Hajatan Rakyat untuk Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Alun-alun Wates, Kulon Progo. Terlontar kata a*u og saat Butet orasi di atas panggung.
Bantuan hukum langsung diberikan oleh Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Seperti diketahui, Butet menyatakan dukungannya untuk paslon capres-cawapres nomor urut 03 itu.
Di luar dugaan, bantuan hukum juga datang dari TPN AMIN, capres-cawapres nomor urut 01, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
"Kami dari TPN Ganjar Mahfud bersama-sama Timnas Anies-Muhaimin memiliki kesamaan ya, kesamaan pandangan untuk bersama-sama mendampingi Mas Butet ini," ungkap Deputi Hukum TPN Ganjar-Mahfud, Ifdal Kasim, dalam konferensi pers di kawasan Gambir, Jakarta Pusat.
"Kenapa kita bersama-sama? Karena ini isunya menyangkut mengenai kebebasan, kebebasan berekspresi, kebebasan berpendapat yang merupakan kepentingan semua orang," sambung Ifdal.
Tim hukum TPN Ganjar-Mahfud dan Tim AMIN bersama-sama akan melepaskan atribut politik dalam memberikan bantuan kepada Butet.
"Ini bukan masalah 03 atau apa, ini masalah bangsa, masalah kenegaraan, kenegaraan kita, bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja, bahwa hukum di negara kita lagi bermasalah," jelas Ketua Tim Hukum AMIN, Ari Yusuf.
Butet Minta Kasus Aiman dll juga Dicabut
Mendapat bantuan dari tim paslon 01 dan 03, Butet mengaku sangat berterima kasih. Kabar terbaru, Presiden Jokowi disebut meminta Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie agar Projo cabut laporan Butet ke polisi. Seperti diketahui, Budi Arie merupakan pendiri sekaligus Ketua Prodjo.
Menanggapi pemberitaan bahwa laporan dirinya segera dicabut, Butet justru menyoroti laporan hukum lainnya termasuk presenter news Aiman Witjaksono di Polda Metro Jaya.
Aiman Witjaksono menjadi bagian dari tim pemenangan Ganjar-Mahfud menduga ada ketidaknetralan anggota Polri dalam Pemilu 2024.
Sebut Wedhus dan A*u og
Soal kata "a*u og", Butet pernah menjelaskan kata itu selama ini sering dia utarakan. Kata itu bukan makian tapi ekspresi personal Butet.
"Bilang au? Lho koe ngerti dewe (kamu wartawan ngerti sendiri), bagi saya, saya menyatakan "au og, a*u banget" itu bukan makian itu suatu ekspresi personal saya," katanya.
"A*u og itu dalam konteks saya bagaimana kata itu diekspresikan," jelasnya.
Selain itu, terlontar kata "wedhus" atau kambing sebelum Butet membacakan pantun di acara kampanye tersebut. Saat itu, Butet mengatakan setiap Ganjar ke suatu tempat pasti ada yang mengikuti.
"Setiap Mas Ganjar datang selalu ada yang ngintili (mengikuti). Hari ini Mas Ganjar akan datang menemui kita, kemarin sudah ada yang ngintili. Padahal sik tukang ngintil kui opo jenenge (namanya apa)?," tanya Butet.
"Wedhus (kambing)," jawab massa.
"Wedhus kui isane mung ditongseng (kambing bisanya itu hanya ditongseng). Wedhus kok mendukung paslon," timpal Butet.
Soal ini, Butet mengatakan dirinya tak menyebut nama siapa pun.
Ganjar: Masa Takut sama Pentasnya Butet?
Ganjar Pranowo sempat menyinggung masalah ini saat Debat Capres ke-5 yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta Convention Center (JCC), Minggu 4 Februari 2024.
Dalam sebuah sesi tanya jawab, Ganjar Pranowo menanggapi bagaimana benturan budaya dan birokrasi perlu disikapi dengan bijak. Menurutnya, dalam situasi ini, birokrasi hanya perlu memfasilitasi kebudayaan untuk terus berekspresi.
"Kalau mereka kemudian berekspresi, pemerintah ga perlu takut. Masa takut sama pentasnya Butet (Kartaredjasa)?," ujar Ganjar Pranowo.
"Kamu boleh lho pentas tapi jangan ngomong politik. Pemerintah mesti dikritik, diprotes, dan biarkan mereka ekspresikan dengan seni budaya," tambah mantan Gubernur Jawa Tengah itu ke Prabowo Subianto, yang sering kali diasosiasikan sebagai calon yang didukung pemerintah.
Diketahui, pada Desember lalu, seniman Butet Kartaredjasa menggelar sebuah pentas teater berjudul Musuh Bebuyutan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, yang menceritakan dinamika politik. Inayah Wahid, putri Presiden ke-4 Gus Dur, juga ikut main. Dalam penyelenggaraannya, Butet mengaku mendapatkan intimidasi dari aparat.