Butet Blak-blakan Soal Proyek Tari Nusantara Etam untuk IKN
Butet Kartaredjasa bersama penari dan pemusik dari Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK), menggagas Tari Nusantara Etam untuk Ibu Kota Negara Nusantara (IKN). Blak-blakan, Butet menuturkan filosofi di balik tarian itu, ketika berkunjung ke kantor Ngopibareng.id di Surabaya.
Dalam pertemuan hangat bersama CEO Ngopibareng.id, Arif Afandi di Baradjawa Ngopibareng Kafe, Butet berkunjung bersama istri dan koleganya, Jumat 8 September 2023, petang.
Satukan Warga IKN lewat Senin
Dalam obrolannya, Butet menjelaskan tentang keprihatinannya terhadap Ibu Kota Negara (IKN). Ia menilai, IKN selama ini hanya memikirkan soal fisik. Sedangkan, jika dibandingkan dengan Jakarta, ibukota Indonesia itu dipilih sebagai pusat Nusantara lantara nilai sejarah dan keberagaman etnik yang hidup di Jakarta.
"Ketika tahun 1945 negeri ini memutuskan Jakarta sebagai ibukota negara itu sudah given, secara otomatis tidak ada yang mempersoalkan" ujar, Butet.
Dalam penjelasannya, Jakarta sudah memiliki akar-akar budaya yang kuat dan manusia-manusia sudah berelasi satu sama lain dengan keberagamannya.
Hal ini berbanding terbalik dengan IKN yang belum memiliki nilai sejarah karena tempat tersebut adalah hutan yang tidak berpenghuni. "Saya sudah dua kali ke IKN, itu kan hutan gak ada orang terus nanti tahun depan akan ada puluhan ribu orang, mak bleg teko, lalu apa perekat sosial manusia-manusia ini? Dalam pendapat saya manusia itu direkatkan oleh Kebudayaan Nusantara" ungkapnya.
Baginya Kebudayaan Nusantara adalah sebuah proses yang berkelanjutan dan tidak pernah berhenti untuk belajar menjadi Indonesia. Lalu, salah satu cara yang digunakannya untuk merekatkan hal tersebut, yaitu melalui seni.
Seni yang dimaksud adalah seni yang memiliki visi kebangsaan dan visi kenusantaraan, karena menurutnya keberagaman adalah sebuah given atau anugerah.
Tari Nusantara Etam
Untuk merealisasikan keinginannya tersebut, pada Mei, Butet mengumpulkan para penari di padepokannya. Bersama pemusik anak buah almarhum Djaduk Ferianto, mereka berkolaborasi menciptakan tarian perpaduan budaya di Kalimantan Timur.
Butet mengakui, dirinya bukanlah seorang penari. Namun manusia memiliki imajinasi yang dapat dituangkan ke dalam seni.
Maka, selama dua bulan, proses kreatif tersebut berlangsung. Hingga akhirnya terciptalah tari yang diberi nama "Nusantara Etam" yang berarti Nusantara Kita.
Tarian tersebut menggabungkan beberapa unsur seperti Dayak, Bugis, Jawa, dan ada unsur Melayu di dalamnya. Tak hanya musik, kostum yang dibuat pun merepresentasikan kebudayaan Indonesia. Dalam proses seni tersebut melibatkan 16 penari dan durasi tarian selama 6 menit.
"Tidak terbaca sebagai Jawa tapi sebagai Nusantara, secara visual tidak menampilkan budaya dari etnik tertentu tapi kerasa Indonesiane" imbuhnya.
Selama proses berlangsung mulai dari kostum dan musik, biaya keseluruhan menggunakan kantong pribadinya. Masalah uang yang digelontorkannya dalam membuat tarian tersebut tidak mendapatkan hasil, dirinya tidak berkecil hati karena itu adalah risiko dalam berkarya.
Nyatanya, hasil jerih payah bersama itu mendapat respons baik dari Presiden Joko Widodo yang ketika itu langsung mengundangnya ke Istana setelah melihat video tari yang dikirimkannya.
Bahkan Tari Nusantara Etam nantinya akan dipentaskan pada Hari Sumpah Pemuda.
Harapannya Tarian yang diciptakannya akan diberikan kepada orang-orang di Wilayah IKN tersebut karena merekalah yang nantinya akan menarikan dan mewarisinya, bukan dari padepokan seninya.
Lantas, apakah tari yang diciptakannya akan menggeser kebudayaan atau seni yang sudah ada sebelumnya di wilayah tersebut? Dengan gamblang Butet menjelaskan bahwa budaya akan bertumbuh masing-masing.
"Tapi sebagai generasi baru kita haru mampu secara kreatif menafsirkan kembali kekayaan tersebut. Itu tidak akan menggeser budaya yang terlebih dulu hadir," tegasnya.
Karena menurutnya proses kebudayaan adalah bertumbuh dan bukan final. Presiden Jokowi pun menerangkan jika genetika bangsa ini adalah kebudayaan. "Jadi kalau saya dikomplain seperti itu, saya jawab, ''kau pikir yang kau sangka klasik itu bukan sesuatu kreasi yang baru?''" tandasnya.
Advertisement