Butet Bela Guru Besar yang Kritik Jokowi: Jangan Dilecehkan!
Budayawan Butet Kartaredjasa menanggapi gelombang kritik para guru besar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia terhadap sikap politik Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dia tidak terima jika pernyataan sikap dari sivitas akademika itu dinilai ditunggangi untuk menaikkan elektabilitas salah satu pasangan calon (paslon) di Pilpres 2024.
"Guru-guru besar perguruan tinggi Indonesia, jangan dilecehkan bahwa mereka sedang mendongkrak elektoral paslon tertentu, tidak!," kata Butet melalui video zoom, Senin, 5 Februari 2024.
Butet menjelaskan, semua orang, mulai dari para guru besar hingga dirinya, sangat mengapresiasi pencapaian Presiden Jokowi. Namun, bukan berarti tidak bisa dan tidak boleh mengkritik pemerintahannya.
"Semua orang itu termasuk saya adalah orang-orang yang mengapresiasi seluruh pencapaian pak Jokowi," katanya.
Butet meminta agar Jokowi mengingatkan kepada seluruh relawannya untuk mencabut seluruh laporan kepolisian terhadap relawan yang dikriminalisasi.
"Orang-orang yang mencintai pak Jokowi, itu sebabnya karena kami mencintai kami mengingatkan, mengkritik, supaya pak Jokowi dalam track di jalan demokrasi dan tidak mengkhianati konstitusi, ini yang penting," katanya.
Butet juga menegaskan, meski saat ini laporan terhadapnya telah dicabut, dia akan tetap kritis terhadap Jokowi. Dia menilai jika Kepala Negara tetap bersikeras mengkhianati konstitusi, Jokowi telah berseberangan dengannya.
"Jadi meskipun kasus baca pantun saya itu udah disuruh hentikan, tapi Pak Jokowi tetep kekeh mengkhianati konstitusi, tetep tidak tunduk pada demokrasi, ya saya mohon maaf pak, bapak tetap berteman sama saya sebagai manusia, tapi secara politik Pak Jokowi tetap berseberangan dengan kami," katanya.
Koordinator Khusus Staf Presiden Ari Dwipayana sebelumnya menilai pernyataan sikap sejumlah guru besar dari beberapa perguruan tinggi merupakan hal wajar dalam demokrasi, terlebih di tahun politik. Namun, menurutnya seolah ada upaya orkestrasi narasi politik untuk kepentingan elektoral di balik pernyataan sikap para sivitas akademik.
"Akhir-akhir ini, terlihat ada upaya yang sengaja mengorkestrasi narasi politik tertentu untuk kepentingan elektoral. Strategi politik partisan seperti itu juga sah-sah saja dalam ruang kontestasi politik," kata Ari dalam keterangannya, Jumat 2 Februari 2024.