Buta Warna Parsial Penyebab Calon Bintara Gagal pendidikan
Fahri Fadilah Nur Rizki membuat heboh netizen setelah videonya viral di sosial media. Ia mengaku lulus tes calon Bintara Polri 2021, tapi tidak berangkat pendidikan. Fahri Fadilah Nur Rizki mengklaim menduduki peringkat ke-35 dari 1.200 calon siswa yang akan berangkat pendidikan. Ia mendaftar Bintara Polri di Polda Metro Jaya.
Polda Metro beri penjelasan. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Endra Zulpan mengatakan, pemuda tersebut tak pernah lulus, karena memiliki masalah kesehatan yaitu buta warna parsial.
Polda Metro Jaya sudah melakukan pendalaman dengan melakukan pemeriksaan di tempat yang terakreditasi. Proses ini disaksikan oleh Kabid Dokkes dan Kabid Propam serta Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Polda Metro Jaya, pada 25 Januari 2022.
Hasil pendalaman pemeriksaan itu, Fahri Fadillah Nur Rizky tetap dinyatakan buta warna parsial. Di mana syarat utama mengikuti pendidikan adalah tidak buta warna.
"Kita melaksanakan pendalaman hasil temuan supervisi tersebut yang dilakukan di RS Polri. Hasilnya yang dipimpin Dokter Susan selaku spesialis mata, hasilnya adalah buta warna parsial. Ini yang membuat yang bersangkutan tidak bisa mengikuti pendidikan karena ini syarat mutlak untuk anggota Polri adalah harus tidak buta warna," jelas Zulpan.
Buta Warna Parsial
Buta warna parsial atau defisiensi penglihatan merupakan ketidakmampuan mata dalam membedakan corak warna. Buta warna parsial bukan berarti tidak bisa melihat warna sama sekali, melainkan hanya terbatas pada warna-warna tertentu, misalnya merah-hijau atau biru-kuning.
Penglihatan buta warna parsial kemungkinan besar terjadi akibat kurangnya pigmen warna dalam mata sehingga ada beberapa jenis warna yang tidak mampu ditangkap oleh mata.
Keterbatasan dalam membedakan warna ini jarang terjadi pada banyak orang, sehingga perlunya pengecekan secara khusus dengan bantuan dokter. Buta warna banyak terjadi pada pria dibandingkan perempuan, 1 dari 12 pria dapat mengalami buta warna sedangkan hanya 1 dari 200 wanita yang menderita buta warna.
Buta Warna Tidak Bisa Melihat Warna Apa?
Secara umum, penderita buta warna tidak dapat melihat warna merah-hijau atau biru-kuning. Hal ini terjadi akibat hilangnya atau rusaknya satu atau lebih kerucut dalam retina mata. Jenis buta warna paling umum adalah trikromasi anomali atau merah-hijau. Jenis buta warna merah-hijau terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Protanopia (red-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut merah. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna merah.
2. Protanomali (merah-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut merah, tetapi hanya bisa melihat beberapa jenis warna merah tertentu.
3. Deuteranopia (green-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut hijau. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna hijau dengan warna lainnya.
4. Deuteranomali (hijau-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut hijau, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna hijau tertentu.
Seseorang dengan buta warna merah-hijau hanya akan melihat dunia sebagai hijau keruh dengan sedikit warna biru dan kuning. Cokelat, oranye, merah serta warna pucat akan susah ditangkap dan dibedakan. Jenis buta warna kedua adalah biru-kuning. Buta warna biru-kuning jarang terjadi pada seseorang dan akan sangat menyulitkan untuk membedakan warna biru, hijau, kuning, serta merah. Jenis buta warna biru-kuning terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Tritanopia (blue-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut biru. Hal ini membuat seseorang susah menangkap dan membedakan warna biru.
2. Tritanomali (biru-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut biru, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna biru tertentu.
Metode Tes Buta Warna
Tes buta warna parsial dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode-metode tersebut dapat dilakukan dengan bantuan dokter spesialis mata. Tes buta warna yang umum digunakan, antara lain:
1. Tes Ishihara
Tes ishihara digunakan untuk mengecek penderita buta warna merah-hijau. Bentuk tes ini berupa kartu dengan titik-titik yang memiliki warna dan ukuran berbeda-beda. Beberapa dari titik-titik tersebut membentuk satu atau dua digit angka. Seseorang dengan mata yang normal akan dapat melihat angka tersebut, sedangkan seseorang dengan buta warna tidak dapat melihatnya.
2. Cambridge Color Test
Tes ini sangat mirip dengan tes ishihara, bedanya adalah tes ini menggunakan layar komputer. Seseorang akan diminta untuk mencari huruf āCā yang warnanya berbeda dari background warna aslinya. Huruf ini muncul secara acak dan seseorang perlu menekan salah satu tombol dari empat tombol yang disediakan jika melihat huruf tersebut.
3. Anomaloscope
Pada tes ini, seseorang akan melihat melalui kaca dan sebuah lingkaran. Setengah lingkaran berwarna kuning dan setengah lagi berwarna merah-hijau. Orang tersebut perlu untuk menyamakan kedua potongan warna menjadi satu dengan kecerahan yang sama. Tes ini digunakan untuk mengecek buta warna merah-hijau.
4. Farnsworth-Munsell 100 Hue Test
Tes ini menggunakan balok-balok dengan gradasi warna yang berbeda. Orang tersebut hanya perlu menyusun warna balok dengan gradasi warna yang tepat. Metode ini digunakan untuk beberapa perusahaan yang memerlukan ketelitian dalam penggunaan warna.
Apakah Ada Obat untuk Buta Warna Parsial?
Sejauh ini, belum ditemukan obat untuk buta warna parsial yang diturunkan. Namun, bila penyebabnya adalah penyakit atau cedera mata, maka dapat dibantu dengan menggunakan kacamata khusus atau kontak lensa guna meningkatkan kemampuan penglihatan.
Selain itu, banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang buta warna parsial untuk menyesuaikan penglihatannya, misalnya dengan memberi label pada pakaian warna, mengingat urutan warna lampu lalu lintas, dan banyak lainnya. Perlu waktu, kesabaran, dan latihan supaya seseorang mampu beradaptasi dengan penglihatan mereka.
Advertisement