Bus Seperti Hotel Bintang 1 Sampai 5 Bakal Ada di Pesona Indonesia
Kementerian Perhubungan di bawah komando Budi Karya Sumadi terus mensupport pariwisata agar memiliki daya saing kuat di level dunia.
Semua infrastruktur transportasi darat, laut dan udara terus dibenahi. Golnya, agar wisatawan semakin mudah, nyaman, menggunakan semua moda transportasi di Indonesia.
Saat Rakornas IV Pariwisata di Kasablanka Jakarta lalu, Budi Karya Sumadi memperlihatkan komitmennya untuk terus mendukung pariwisata.
“Karena pariwisata sudah ditetapkan sebagai leading sector, dan kita kaya akan destinasi yang siap dikunjungi wisatawan,” kata Budi Karya yang DNA nya juga pariwisata itu.
Menjadikan seluruh bandara yang ada destinasinya menjadi international airport, menambah infrastruktur bandara, memperpanjang dan memperlebar runway dan appron, sampai memperluas terminal adalah programnya.
Kemenhub rupanya juga sudah menyiapkan penggolongan bus seperti Hotel bintang 1 sampai dengan 5. Semuanya untuk kepentingan pariwisata. Seperti hotel, ada kelas yang membedakan level kenyamanan.?
Salah satu tujuannya agar, indeks daya saingnya Indonesia di Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) terus meningkat.
Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub langsung action mengawal ini semua. Standarnya dibuat dengan acuan dunia. Penilaian terhadap operator bus dilakukan dengan ketat.
"Kami ada klasifikasi bintang, (nantinya) bintang satu sampai bintang lima. Masing-masing bintang itu ada indikatornya. Bintang satu seperti apa, yang bintang dua seperti apa. Penilaian tertinggi adalah yang bintang lima. Kalau sudah bintang lima itu sama dengan hotel lah kira-kira," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Budi Setiyadi di Jakarta.
Penilaian itu bukan tanpa alasan. Semuanya dilakukan untuk mendukung kenyamanan masyarakat hingga wisatawan. Arahnya layanan prima. Layanan yang terbaik.
“Data yang kami himpun (Dirjen Perhubungan Darat) per 14 November 2017 sampai saat ini, sebanyak 30,04 persen dari 23.345 bus atau 7.104 bus dinyatakan tidak laik jalan. Sebanyak 5.592 ditilang dan dilarang operasional,. Sementara 1.422 sisanya hanya dilarang operasional,” ujar Budi.
Dengan adanya penilaian sesuai bintang, sisi fasilitas dan pelayanan akan dioptimalkan. Bus-bus pun makin nyaman.
"Klasifikasi ini untuk menggairahkan kembali masyarakat hingga wisatawan. Tampilan bus dan fasilitasnya makin segar. Makin oke untuk berpergian jauh" ujarnya.
Saat ini pun bus-bus yang beroperasi sudah banyak yang double track dan dua tingkat. Bahkan sampai ada tempat tidur di dalamnya. Sayangnya, hal ini belum banyak diketahui masyarakat.
"Nantinya perusahaan otobus (PO) diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan fasilitas agar mendapatkan tingkat klasifikasi yang tinggi,” ujarnya.
Budi memastikan program tersebut akan segera dilakukan untuk memberikan penilaian terhadap operator bus. Untuk penggolongan bus, Kemenhub akan menggandeng perusahaan marketing MarkPlus. Dan program tersebut rencananya direalisasikan setelah musim Natal dan tahun baru.
"Jadi kita bekerja sama dengan MarkPlus untuk memberikan semacam penilaian perusahaan-perusahaan PO bus ini. Saya kira nanti dalam waktu dekat setelah Natal, saya akan coba. Jadi kita harapkan masyarakat ini yang tadinya banyak menggunakan angkutan pribadi, kita ingin ajak, ayo beralih lah ke bus," tutur Budi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya juga langsung menyambut baik hadirnya layanan klasifikasi bus berbintang. Ia mengatakan, pengembangan transportasi sangat erat kaitannya dengan pariwisata.
“Di Eropa sendiri wisatawan banyak berpergian menggunakan darat. Dan di sana, perjalanan darat itu dianggap sebagai pariwisata,” ujar Menpar Arief Yahya.
Menpar juga berpesan agar bus berbintang nantinya juga menggunakan rumus 3A, akses, akomodasi dan atraksi. Maka para PO Bus harus menjual produk transportasi dalam bentuk paket pariwisata yang termasuk akomodasi dan atraksi.(*)