Bus Penuh Anak-anak Yaman Diserang Koalisi Arab Saudi, DK PBB Gelar Pertemuan
Koalisi Arab Saudi mengumumkan penyelidikan serangan udara terhadap sebuah bus yang menewaskan sedikitnya 29 anak di Yaman, hari Jumat 10 Agustus kemarin.
"Kepemimpinan koalisi telah memerintahkan penyelidikan untuk menilai peristiwa itu, mengklarifikasi keadaan mereka dan mengumumkan hasilnya sesegera mungkin," kata seorang pejabat senior koalisi itu, seperti dilansir kantor berita pemerintah Saudi Press Agency (SPA).
Pengumuman itu dikeluarkan sehari setelah serangan terhadap markas pemberontak di Saada, Yaman utara, yang juga melukai sedikitnya 48 orang. Insiden itu juga memicu seruan untuk melakukan penyelidikan dari PBB dan Amerika Serikat.
Pejabat senior tersebut mengatakan bahwa keputusan untuk menyelidiki serangan itu menyusul informasi yang dilaporkan oleh "media dan organisasi internasional yang bekerja di Yaman, mengenai operasi pasukan koalisi di provinsi Saada pada Kamis, dan sebuah bus penumpang terkena dampak dalam operasi ini."
Sebuah rumah sakit yang didukung oleh Komite Palang Merah Internasional menerima 29 jenazah anak setelah serangan tersebut, kata organisasi kemanusiaan itu.
Menteri Kesehatan Huthi Taha al-Mutawakel pada Jumat menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 51 orang, termasuk 40 anak-anak, memperingatkan bahwa jumlahnya masih bisa meningkat.
Sementara itu Dewan Keamanan PBB Jumat kemarin langsung menggelar pertemuan tertutup setelah serangan koalisi yang dipimpin Arab Saudi terhadap bus itu.
Pertemuan itu diminta oleh Bolivia, Belanda, Peru, Polandia, dan Swedia, yang semuanya adalah anggota dewan non-permanen.
Koalisi Arab Saudi sebelumnya mengumumkan bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan terhadap serangan udara pada Kamis tersebut, yang menewaskan sedikitnya 29 anak-anak di dalam bus di Yaman.
"Kami telah melihat gambar anak-anak yang tewas," kata Wakil Duta Besar Belanda Lise Gregoire-van Haaren kepada wartawan. "Apa yang penting pada saat ini adalah menggelar penyelidikan yang kredibel dan independen."
Masih belum jelas apakah Dewan Keamanan PBB akan bersatu dan menyerukan diambilnya sebuah tindakan. Kuwait, juga anggota dewan non-permanen, adalah anggota koalisi yang memerangi pemberontak Huthi di Yaman.
Pernyataan dewan disepakati dengan konsensus, yang berarti salah satu dari 15 anggota dapat memblok rancangan yang diusulkan untuk menuntut digelarnya penyelidikan.
Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris - tiga dari lima anggota dewan permanen - mendukung koalisi Arab Saudi dalam kampanye militernya, tetapi mereka menyatakan keprihatinan terkait korban besar dari warga sipil. (hs/wy)