Burung Hud-hud, As'ad Said Ali Ungkap Dunia Intelijen dan Islam
KH As'ad Said Ali, Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) pada 2001, menulis memoar berjudul 'Perjalanan Intelijen Santri', terbit akhir 2021. Sayang, di tengah pandemi Covid-19, buku tersebut tidak sembit dibicarakan ke publik.
Bertempat di Auditorium Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Pondok Pesantren (PP) Darul Ulum, Rejoso, Peterongan, Jombang, Kamis 9 Juni 2022, karya Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010 - 2015, Mustasyar PBNU (2022-2027) berhasil didiskusikan. Ia menyampaikan bahwa ilmu-ilmu tentang intelijen itu sudah ada di dalam Al-Quran.
Dalam buku berjudul 'Perjalanan Intelijen Santri' diungkapkan, sejarah Nabi Sulaiman yang memerintahkan burung hud-hud untuk menyelidiki Ratu Balqis di kerajaan Saba. Karena itulah, burung hud-hud menjadi salah satu hewan yang dimuliakan karena jasanya yang begitu besar.
Kiai As'ad Said mengaku bersyukur dapat bertemu di Jombang. Karena di Jombang bermunculan tokoh - tokoh besar. Banyak santri yang memiliki wawasan luas baik nasional maupun internasional.
"Dari Jombang inilah muncul pemikiran tentang nasionalisme dan religius. Suka atau tidak suka ya seperti itu," ujarnya.
Seorang Santri dan Intelijen
Dikisahkan, dirinya adalah seorang santri. Namun, kemudian beliau masuk di lingkungan baru yaitu di dunia intelijen.
Pada malam Jumat menjadi rutinitasnya untuk membaca surat-surat Al-Quran. Dan di dalam surat tersebutlah terdapat ilmu-ilmu tentang intelijen.
"Bapak saya ngasih ijazah untuk membaca Surat Yasin, As-Sajdah dan Al-Waqiah. Setelah itu saya tambahi sendiri, ijazah An-Naml sama Al-Fatir. Dua surat ini memiliki ilmu-ilmu tentang intelijen," katanya.
Kiai As'ad Said mengingatkan, berdasarkan kisahnya, burung hud-hud hidup di zaman Nabi Sulaiman alaihissalam (As). Ia ditugaskan oleh Nabi Sulaiman untuk mencari informasi di daerah lawan dan menyampaikan informasi tersebut kepadanya.
Seperti yang diketahui, Nabi Sulaiman dianugerahkan mukjizat bisa berbicara dengan hewan dan jin. Karena itu, pasukan kerajaannya pun banyak terdiri dari hewan dan jin. Burung hud-hud adalah salah satunya.
Menurutnya, intelijen itu informasi yang dihargai atas ketepatan waktu dan relevansinya, bukan detail dan keakuratannya.
Intelijen itu harus disampaikan secara cepat dan digunakan secara tepat. Intelijen itu kegiatan yang harus didengar dan dilihat sendiri.
Menurutnya, intelijen santri itu tugasnya hanya mengumpulkan informasi bukan untuk membicarakan perkara yang di luar dari target yang dituju. Terlebih jika membicarakan orang lain yang dapat menimbulkan kegaduhan antara satu pihak dengan pihak lainnya.
"Informasi intelijen santri itu letaknya hanya dalam Al-Qur'an," katanya.