Pengusaha Tahu Diminta Pakai Wood Pellet karena Produksi Bupati?
Ribut sampah plastik yang digunakan untuk bahan bakar pembuatan tahu dan produk olahan makanan lain di Desa Tropodo, Krian Sidoarjo membuat Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengajukan beberapa bahan alternatif lain yang bisa dimanfaatkan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajukan penggunaan elpiji, gas bumi dan wood pellet.
Bahkan untuk gas elpiji ini, Khofifah sudah mengajukan secara khusus kepada Pertamina agar bisa memberikan harga khusus alias diskon untuk para pengusaha tahu di Desa Tropodo, Krian Sidoarjo. Pun demikian juga Bupati Sidoarjo, Saiful Illah. Dia juga mendorong para pengusaha tahu untuk menggunakan bahan bakar lain untuk memasak tahu. Salah satunya adalah penggunaan wood pellet.
Dan ternyata, Bupati Sidoarjo Saiful Illah punya bisnis wood pellet juga. Saat wawancara dengan wartawan, dia menawarkan wood pellet miliknya untuk digunakan kepada pengusaha tahu di Desa Tropodo Krian, Sidoarjo.
"Solusinya tidak usah pakai sampah. Lebih murah lagi pakai saya punya wood pellet kayu kecil-kecil," ujar Saiful saat menghadiri Hari Pangan Sedunia di Surabaya kemarin, 20 November 2019.
Ia mengatakan, harga wood pellet yang ia miliki untuk satu tonnya yang ia ekspor dikenakan harga 150 USD (dolar Amerika Serikat) atau jika dikonversi ke Rupiah maka akan menjadi Rp2.116.050 juta. Sedangkan, untuk harga wood pellet per kilogramnya Rp2.250 ribu.
Untuk wood pellet ini tidak akan ada subsidi dari Bupati karena harganya diklaim lebih murah jika dibandingkan dengan harga city gas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) serta gas tabung milik PT Pertamina.
"City gas bisa, LPG juga bisa cuma mahal tapi nantinya. Salah satu ada alternatifnya yaitu wood pellet yang saya punya. Itu baranya bagus dan lebih panas pasti," kata dia sambil setengah promosi.
Lalu kapan realisasinya? Saiful memastikan dirinya sudah siap mengujicobakan wood pellet ini jika para pengusaha berkenan menggunakannya.
Sebelumnya, permasalahan industri tahu ini menjadi viral karena hasil penelitian yang dilakukan jaringan kesehatan lingkungan global The Internasional Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal menyatakan, bahwa telur dari kampung yang dipelihara di Desa Tropodo terkontaminasi dioksin terparah di dunia. Hal itu disebabkan oleh penggunaan sampah plastik sebagai bahan bakar.
Advertisement