Bupati Banyuwangi Paparkan Program Smart Kampung di Forum ASCN
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memaparkan sistem digitalisasi di Banyuwangi, yakni program Smart Kampung, dalam forum internasional ASEAN Smart City Network (ASCN) di Bali. Forum ini dihadiri sedikitnya 10 delegasi dari negara anggota ASEAN.
Puncak acara tahunan ini dibuka Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Banyuwangi dipilih menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam ASEAN Smart City Network bersama Jakarta dan Makassar.
“Kemarin kami memaparkan perjalanan layanan digital di Banyuwangi yang dimulai sejak 2015 dengan program Smart Kampung,” jelas Ipuk, Kamis, 13 Juli 2023.
Istri Menpan RB Abdullah Azwar Anas ini menambahkan, melalui digitalisasi, pelayanan publik bisa berjalan lebih efektif dan cepat. Smart Kampung yang dikembangkan di Banyuwangi merupakan program pengembangan desa terintegrasi.
Program ini memadukan penggunaan TIK dengan kegiatan ekonomi produktif, ekonomi kreatif, peningkatan pendidikan-kesehatan, pelayanan publik, dan upaya pengentasan kemiskinan. Program Smart Kampung, menurut Ipuk memudahkan pelayanan publik hingga tingkat desa, yang dipadu dengan pemberdayaan.
“Ujungnya adalah meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi warga," terangnya.
Dipercaya menjadi peserta di forum internasional, menurutnya kesempatan baik untuk menggali berbagai inovasi baru di dunia internasional dalam tata kelola kota cerdas. Seperti halnya yang disampaikan masing-masing ASCN National Representatives (NRs) dan Chief Smart City Officers (CSCOs) ataupun narasumber yang khusus didatangkan seperti Ngy Chanphal dari Kamboja.
“Ada banyak gagasan menarik yang kita dapatkan. Ini nantinya akan kami kaji lebih lanjut, mana yang sekiranya sesuai dengan kebutuhan masyarakat Banyuwangi,” bebernya.
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal ZA menjelaskan, Banyuwangi adalah salah satu percontohan daerah yang menerapkan smart city dengan baik. Di Indonesia, menurutnya, ada beberapa daerah yang dijadikan percontohan smart city.
“Di antaranya DKI Jakarta untuk level provinsi, Makassar untuk kota dan Banyuwangi untuk kabupaten,” terang pria yang juga ASCN National Representatives untuk Indonesia ini.
Inti pembangunan perkotaan cerdas di Indonesia, sambungnya, tidak melulu berorientasi pada pemutakhiran teknologi dan digitalisasi. Tapi juga menyasar pada penerapan pengelolaan perkotaan yang berfokus pada peningkatan kemampuan pemerintah untuk dapat memahami persoalan masyarakat, memberikan solusi, serta kemudahan.
Dia menegaskan, Banyuwangi adalah contoh yang tepat. Dengan keterbatasan anggaran, menurutnya Banyuwangi mampu mengimplementasikan pelayanan publik berbasis digital.
“Bahkan, Banyuwangi bisa dibilang berhasil meningkatkan geliat ekonomi daerahnya,” katanya.
Untuk diketahui, berdasarkan data BPS, kenaikan kemiskinan di Banyuwangi selama masa pandemi 2020-2021 hanya 0,01 persen, merupakan kenaikan kemiskinan terendah di Jatim. Per 2022, angka kemiskinan Banyuwangi 7,5 persen. Ini merupakan yang terendah dalam sejarah Banyuwangi sejak Indonesia merdeka.
Menariknya, menurut Safrizal, Banyuwangi memiliki keunikan. Prinsip-prinsip smart city mampu diaplikasikan di daerahnya yang merupakan daerah pedesaan.
“Hal ini menjadi pembelajaran penting. Apalagi hal tersebut berkorelasi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya,” ujarnya.
Advertisement