Buntut Ulah Bonek, Persebaya Rugi Puluhan Milliar Rupiah
Persebaya Surabaya mengalami kerugian besar dalam Liga 1 2022/2023 ini akibat ulah rusuh suporter Bonek Mania dalam laga melawan RANS Nusantara FC di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, Kamis 15 September 2022.
Buntutnya, Persebaya mendapat sanksi dari Komite Disiplin (Komdis) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) berupa denda Rp100 juta dan lima kali laga kandang tanpa suporter.
Dari hitungan kasar, kerugian yang dialami Persebaya dapat mencapai angka puluhan miliar.
Sebagaimana diketahui, Persebaya memiliki kerja sama dengan lima sponsor seperti Kapal Api, Kings Wallet, Extra Joss, MPM Honda, dan Universitas Muhammadiyah Surabaya. Di mana, semua sponsor mendapatkan benefit dalam pertandingan. Mulai dari umbul-umbul, sampling produk, a-board, dan sebagainya.
Nah, benefit yang diberikan langsung kepada penonton tidak bisa diberikan lagi. Sampling produk, brosur, dan interaksi lainnya dengan fans hilang. Pun demikian halnya dengan umbul-umbul, akan sia-sia dipasang jika tidak ada penonton.
”Dengan angka penonton Persebaya yang begitu besar, mendekati rata-rata 30 ribu rupiah per pertandingan di Gelora Bung Tomo, hitungan kerugiannya mencapai Rp1 miliar setiap game. Jika lima game tanpa penonton kerugiannya ya Rp5 miliar,” ungkap Sekretaris Tim Persebaya, Ram Surahman.
Kerugian lainnya adalah dari pendapatan tiket penonton. Dengan asumsi penonton 25 ribu per game, seperti halnya rata-rata penonton di GBT musim ini, kerugian bisa mencapai 9,4 miliar untuk lima game. Sebagai catatan, tiket pertandingan Persebaya saat ini Rp75 ribu untuk ekonomi dan Rp250 ribu untuk VIP.
Plus denda PSSI dan biaya perbaikan stadion Gelora Delta Sidoarjo, total kerugian bisa melebihi Rp15 miliar. Kabarnya, rata-rata biaya klub liga satu semusim sekitar Rp60 miliar. Artinya, kerugian akibat kerusuhan di Sidoarjo bisa menutupi seperempat kebutuhan tim satu musim.
Sebelumnya saat Presiden Persebaya, Azrul Ananda, saat mengumumkan pengunduran diri di depan Bonek dia menyampaikan bahwa masa depan klub tergantung suporternya.
Kerusuhan suporter yang dialami Persebaya tidak hanya sekali ini. Sejak 2017, kerusuhan terjadi ketika Persebaya kalah 0-1 dari Kalteng Putra di GBT pada babak 16 besar Liga 2 Grup C. Sebelumnya, pada bulan Mei, Bonek juga melakukan demonstrasi agar Iwan Setiawan dipecat setelah kalah dari tuan rumah Martapura FC.
Pada 2018, mess pemain menjadi sasaran demonstrasi. Bus tim yang sedang mengangkut pemain pulang dari laga away dilempari telur.
Pada 2019, kantor Persebaya menjadi sasaran amuk Bonek setelah kalah dari Arema FC. Kantor Persebaya dan beberapa Persebaya Store mengalami vandalisme dan digembok suporter yang kecewa.
Di stadion, bahkan terjadi dua kerusuhan selama 2019. Pertama pada 19 Juni ketika Persebaya bermain imbang 1-1 melawan Madura United di babak delapan besar Piala Indonesia. Pertandingan dihentikan beberapa menit sebelum laga berakhir.
Kerusuhan di stadion kedua pada 2019 terjadi pada 29 Oktober. Ketika itu, Persebaya tertinggal 2-3 dari PSS Sleman dalam matchday ke-25. Suporter masuk ke lapangan, melakukan perusakan, dan pembakaran. Untuk memperbaiki stadion saja, Persebaya menghabiskan lebih dari 500 juta saat itu. Plus kena pertandingan usiran tanpa penonton sampai akhir musim.