Stok Beras Banyuwangi 16.000 Ton Aman untuk Dua Tahun
Stok beras di Banyuwangi dipastikan aman. Bahkan stok yang ada sekarang ini, jika dikonsumsi untuk warga Banyuwangi saja cukup untuk 2 tahun ke depan. Saat ini stok beras di Bulog Cabang Banyuwangi tercatat sebesar 16.000 ton.
“Stok Banyuwangi 16.000 ton. Kalau hanya digunakan untuk Banyuwangi bisa sampai dua tahun,” jelas Pimpinan Bulog Cabang Banyuwangi, Jusri Pakke, Rabu, 24 Maret 2021.
Stok beras ini, menurut Jusri Pakke, berasal dari beras yang diserap Bulog Banyuwangi dari petani ditambah sisa impor beras dari vietnam pada 2018 sebesar 3.000 ton. Meski diimpor pada tahun 2018, namun Jusri Pakke menjamin selama penyimpanan, beras tersebut dirawat dengan baik sehingga mutunya tetap terjaga.
“Selama penyimpanan, dilakukan sesuai standard dan SOP (standar operasional prosedur), agar kualitas tetap terjaga. Sebelum dikeluarkan harus dipastikan dalam kondisi bagus. Dilakukan perbaikan mutu baru dikeluarkan,” tegasnya.
Stok beras yang ada di Bulog Banyuwangi saat ini masih akan bertambah lagi. Sebab, Bulog Banyuwangi sedang melakukan pengadaan atau penyerapan beras dan gabah dari petani. Karena saat ini di Banyuwangi sedang terjadi panen raya.
“Kalau pengadaan sekarang sampai hari ini sudah sekitar 1.000 ton ditambah gabah sekita 600-700 ton. Selama ini biasanya bisa menyerap sampai 6.000 ton saat panen raya,” tegas Jusri Pakke.
Jusri Pakke menambahkan, harga gabah, dua minggu lalu sempat mencapai Rp 4.700 per kg, lalu turun menjadi Rp 4.500 per kg dan sekarang ini sekitar Rp 4.200 per kg. Saat Bulog sudah mulai melakukan pembelian beras petani, biasanya harga gabah akan stabil sesuai dengan standar harga yang ditetapkan pemerintah.
Sebelum panen raya, lanjut Jusri Pakke, harga gabah sudah lumrah mahal. Namun saat masa panen raya tiba, harga bisa dipastikan turun. Karena produksinya terus bertambah sehingga mengakibatkan harga turun.
“Kalau harga turun, sudah waktunya turun karena produksi terus bertambah. Karena saat panen raya wajar harga turun,” jelasnya.
Seringkali beredar kabar harga gabah anjlok di tingkat petani. Namun setelah dilakukan kroscek di lapangan, ternyata kualitas gabahnya yang rusak. Kerusakan bisa terjadi akibat banjir atau akibat terserang hama tertentu.
“Itu bukan harga anjlok. Itu kualitas yang anjlok. Jangan sampai salah persepsi seperti itu,” ujar Jusri Pakke.
Bulog menyerap hasil panen petani dalam bentuk beras dan juga gabah. Menurut Jusri Pakke, ada dua mekanisme penyerapan panen petani yang dilakukan Bulog selama ini, yakni melalui mitra dan melalui Satgas.
“Kalau sekarang ini kami melalui mitra. Mitra kami ini yang menjaga harga pembelian pemerintah itu di lapangan. Selama kualitasnya (gabah) bagus,” pungkasnya.