"Tahapan terakhir prosesnya dimasukan ke dalam warangan (sarung keris) dengan maksud untuk mengeluarkan aura atau pamor yang ada di dalam keris itu sendiri. Tak lupa diberi minyak wangi sebagai pengharum agar awet dan tidak cepat rusak," katanya. Selesai proses pencucian, ukiran-ukiran yang ada di dalam batang keris nampak timbul memancarkan pamor aura yang bersinar. Biasanya, benda pusaka yang sering dicucikan merupakan keris dan tombak peninggalan kerajaan raja-raja atau empu pada zaman Kerajaan Kadiri, Mataram dan Majapahit. Tidak hanya menawarkan jasa pencucian keris, Mariyani juga menjual segala macam aksesoris termasuk jual beli pusaka keris dan tombak. Keris yang dijualnya paling murah kisaran Rp 100 ribu dan paling mahal bisa mencapai jutaan. "Di sni saya juga jual sarung keris, harganya ada yang Rp250 ribu. Bahannya dari kayu pilihan," kata dia. Pada momentum Bulan Suro seperti sekarang, para kolektor benda pusaka yang datang ke tempatnya bukan hanya berasal dari Kediri saja, melainkan juga dari luar daerah. "Kalau di Pasar Setono Betek ini ada 5 lapak yang menyedikan pelayanan jasa pencucian keris dan penjualan pernak-pernik benda pusaka. Pada tahun 1993, saya dulu yang mengawali membuka usaha di sini bersama suami," katanya. Keterampilan mencucikan keris yang dimiliki oleh Mariyani, didapatnya dari almarhum suaminya. Pada tahun 2012 suaminya meninggal. Rintisan usaha yang dimulainya sejak tahun 1993 ini kemudian diteruskan hingga sekarang. Dengan keahlian yang dimiliki, perempuan yang menyandang status hajjah ini bisa menyekolahkan dua orang putrinya hingga ke jenjang perguruan tinggi.