Bulan Bung Karno, Puti Nikmati Festival Lagu Mandarin
Masyarakat Tionghoa turut meramaikan peringatan “Juni Bulan Bung Karno.” Mereka menggelar festival lagu Mandarin bertema Indonesia-Koe di Gedung ICBC, Jalan Tunjungan, Kota Surabaya, Minggu, 3 Juni 2018.
Festival memperebutkan Piala Yasonna Hamonangan Laoly, Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Selain dihadiri Yasonna, juga terlihat hadir Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah.
Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno juga hadir. Kandidat nomor 2 ini segar dan bersemangat, meski seharian padat kegiatan. “Saya baru kembali dari Banyuwangi, dua hari kampanye bersama Pak Anas (Bupati Abdullah Azwar Anas),” kata Puti tersenyum.
Selain itu hadir Ny. Hj. Fatma, istri Calon Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Ada pula Ketua DPRD Kota Surabaya Ir. Armuji. Dan, anggota DPR RI Indah Kurnia, dari Dapil Surabaya-Sidoarjo.
Indah Kurnia salah satu dari pihak yang memprakarsai kegiatan itu. Hadir pula ratusan tokoh-tokoh Tionghoa. “Semoga Bung Karno dengan segenap cita-citanya tetap hidup di hari dan pikiran kita. Dan, Indonesia, yang dikaruniai banyak perbedaan yang indah ini, semakin jaya ke depan,” kata Indah.
Menkum HAM Yasonna Laoly mengatakan, festival sudah digelar beberapa tahun ini. Tempatnya berpindah-pindah. “Tahun lalu, di Bali. Tahun ini, spesial kita gelar di Surabaya. Bertepatan Juni Bulan Bung Karno," kata Yasonna.
Cawagub Puti Guntur Soekarno memuji festival lagu Mandarin ini. Ia terlihat sangat menikmati festival itu. “Ini membawa semangat pluralisme. Lagu Mandarin bisa dinyanyikan di sini, dengan suasana nasionalisme yang kuat. Tadi, sebelum acara, kita nyanyikan dengan khidmat lagu Indonesia Raya dan Satu Nusa Satu Bangsa,” kata Puti.
Cucu Bung Karno itu melanjutkan, lomba ini menunjukkan cara menghargai seni budaya dan talenta. “Festival ini juga tempat merayakan perbedaan,” kata dia.
Terutama, di Jawa Timur. Provinsi ini memiliki kultur yang beragam. Juga, masyarakatnya memiliki banyak latar belakang. Maka, kata dia, sangat penting untuk menjaga kebersamaan.
"Perbedaan jangan memicu permusuhan. Justru, perbedaan harus dijadikan sebagai kekuatan bangsa,” kata dia.