Buku Trilogi Silaturahim Layak Jadi Bacaan Wajib Keluarga
Oleh: Ali Salim
Rabu, 3 Februari 2021, usai salat Mahgrib, muncul WA dari nomor yang tak terdaftar dalam kontak saya. ….Btw, apakah Bang Ali sudah dapat kumpulan tulisan Aqua Dwipayana “Humanisme Persahabatan Aqua-Ventje?” Kalau belum saya kirim, mohon alamat. Matur nuwun. Ttd Fuad Ariyanto.
Karena yang mengirim adalah ring satu di lingkaran motivator nasional Dr Aqua Dwipayana, saya langsung menjawab dan memberi alamat kepada beliau lengkap dengan map lokasi. Fuad Aryanto atau yang biasa disapa Cak Fu saya kenal karena seprofesi sebagai wartawan dan tinggal di Surabaya juga. Dan dia juga adalah salah satu sutradara kelahiran dua buku yang lagi trend di jagat Komunikasi Jari Tangan.
Adalah kejelian Aqua merekrut dua suhu di bidang jurnalistik yang mampu berkolaborasi dengan sang motivator nasional. Satunya adalah Nurcholis MA Basyari, yang tinggal di Jakarta. Lainnya yang juga memberikan kontribusi besar pada kedua buku itu adalah mantan copy editor harian Jawa Pos, Yarno Wiryo.
Saya benar-benar bersyukur, menjadi sahabat Aqua sehingga tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan buku yang sudah dipromosikan sejak Desember tahun lalu. Keesokkan harinya, buku sudah tiba di rumah. Bukan satu, melainkan dua judul sekaligus. Satunya adalah “Berkarya dan Peduli Sosial Gaya Generasi Mileneal”.
Saya mendahului membaca buku yang mengupas tentang hubungan orangtua dan anak-anak mereka. Dalam buku ini ada sub judul “Kisah Inspiratif Dua bersaudara Alira-Savero Bergiat untuk sesama." Buku setebal 270 halaman namun sangat ringan dan mudah dibawa-bawa ini ternyata sangat luar biasa. Ia mengupas hubungan tentang keluarga Aqua Dwipayana secara lengkap dan apa adanya.
Buku ini layak menjadi bacaan wajib keluarga Indonesia dan anak-anak mereka. Bagaimana sepasang suami istri memberi kepercayaan penuh kepada anak mereka untuk menumpahkan kreativitas dan kemampuan mereka dalam jalur yang benar, terkendali dan terhormat. Sepasang anak yang beruntung itu adalah yang sulung, Alira Vania Putri Dwipayana yang dipanggil Alira, dan yang bungsu adalah Savero Karamevita Dwipayana atau dipanggil Ero.
Adalah tepat buku ini disebut trilogi karena saling menguatkan satu sama lain. Buku yang pertama "super best seller" berjudul “The Power of Silaturahim: Rahasia Sukses Menjalin Komunikasi” telah dicetak sebanyak delapan kali dengan total 160 ribu eksemplar. Jika isinya mengungkap rahasia besar dibalik silaturahim untuk merubah kehidupan kita di masa depan ke arah yang lebih baik, maka buku kedua mengupas hal yang paling mendasar dari silaturahim yaitu rumah-tangga, suami-istri dan anak. Sedangkan buku ke-3 bagaimana mencapai tujuan kebahagiaan dunia akhirat dengan menjalin hubungan dengan pihak luar.
Ada kata bijak; sukses seseorang disebabkan peran seorang wanita di belakangnya. Di sini peran Ibu Retno Setiasih menjadi titik awal sukses suaminya. Pengertiannya telah menyebabkan suami dan anak-anaknya bebas bergerak ke mana saja. Sang Ibu yang juga wanita karier tak perlu mengurangi aktivitasnya tapi tetap bisa menjadi penjaga gawang dengan lebih banyak berada di rumah. Tak berlebihan kalau kita mengatakan bahwa Retno-Aqua-Alira-Ero menjadi tim yang saling melengkapi untuk mencapai cita-cita mulia mereka; menyebar filosofi silaturahim sebagai kekuatan manusia dalam menikmati kehidupan.
Hasil dari kerjasama dan pengertian di antara satu keluarga ternyata menghasilkan sesuatu yang di luar dugaan kita. Sukses itu dicapai sang motivator karena disiplin dalam menjaga keseimbangan hidup. Membangun silaturahim dengan pihak luar tapi sangat kuat menjaga hubungan antar anggota keluarga. Buku ini menyajikan tips-tips yang sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja. Inilah buku yang memperlihatkan bagaimana perjuangan sebuah keluarga menembus lapisan paling elit negeri ini tanpa kendala formalitas dan belitan birokrasi.
"Operasi Senyap" Selama 7 Bulan
Orangtua mana yang tidak bangga menuturkan kalau anaknya sekolah di luar negeri, atau bekerja di luar negeri. Orangtua mana yang tidak bangga kalau anaknya diterima di perguruan tinggi negeri apalagi yang favorit. Tapi di buku ini itu bukan yang menjadi segalanya. Kebanggaan bukan hasil akhir, tapi hanya sekedar hasil antara untuk mewujudkan impian mereka bagaimana menjadi mahluk sosial yang bisa membantu banyak orang. Tiga tanggung jawab yang dibebankan ke pundak mereka yaitu tanggung jawab pribadi/keluarga, tanggung jawab profesi atau pekerjaan dan tanggung jawab sosial bisa dilakukan sekaligus tanpa ada satu yang dikalahkan.
Ibu mana yang tidak bahagia ketika suami dan anak-anaknya membuat surprise merayakan ulang tahun dengan membawa kue tar saat jarum jam baru saja bergeser menandakan tanggal ulang tahun sudah tiba. Anak mana yang tidak bangga kalau ayahnya datang membawa kado sebuah buku tentang kiprah sang anak tepat beberapa menit setelah jam 00.00 di hari ulang tahunnya.
Di mana rahasianya. Apakah itu hal itu datang dari suatu ide yang sederhana? Bayangkan untuk membuat surprise seperti itu dibutuhkan “Operasi Senyap” selama 7 bulan. Aqua dan tiga temannya, riset dan mengumpulkan data, melakukan wawancara dan menulis untuk menghasilkan sebuah buku tebal yang terdiri 8 bab, 53 judul dan 270 halaman. Di periode yang sama juga diselesaikan buku yang mengisahkan pertemanan yang luar biasa antara Aqua Dwipayana dan Ventje Suardana.
Tujuannya tentu bukan membuat surprise saja. Tapi momentum yang ingin dicapai sehingga semua pihak merasa bangga. Aqua, Retno, Alira dan Ero memiliki sesuatu yang lebih melegakan bila melakukan sesuatu dengan target tertentu. Semuanya terpacu dan hasilnya bikin bahagia semua pihak.
Karya Fenomenal
Saya yakin kehadiran dua buku “Berkarya & Peduli Sosial Gaya Generasi Milineal” dengan sub judul “Kisah Inspiratif Dua Bersaudara Alira-Savero Dwipayana Bergiat Untuk Sesama” serta buku "Humanisme Silaturahmi Tanpa Batas-Kisah Inspiratif Persahabatan Aqua Dwipayana-Ventje Suardana", benar-benar karya fenomenal yang akan merubah pandangan orang terhadap berbagai teori bisnis masa kini yang sering menggambarkan manusia sebagai binatang ekonomi yang hanya mengenal untung rugi. Siapa dapat apa. Lu jual gua beli! Keuntungan hanya bisa dilihat dari layar saham, naik atau turun.
Tapi di dua buku itu manusia kembali ke fitrahnya sebagai mahluk sosial yang suka membantu orang lain. Ketika Ventje membiarkan kamar hotel-hotel berbintang miliknya dipakai Aqua dan teman-temannya tanpa dibayar sepeserpun, dia tak merasa rugi. Aqua tidak perlu memasang tarif ketika berceramah di birokrasi pemerintahan maupun di jajaran TNI/Polri. Tapi berkah yang diperoleh setelah itu jauh melebihi kenikmatan orang yang mendapat untung besar.
Buku ini diawali ketika Alira membaca ada seorang mahasiswa yang terancam masa depannya karena terbelit masalah yang luar biasa peliknya. Berasal dari keluarga dengan ayah yang terganggu jiwa dan mental, menurun ke berbagai masalah yang tidak bisa lagi dihadapi hanya oleh anggota keluarga. Iapun berinisiatif untuk memberi bantuan sementara sambil menginformasikan ke berbagai pihak. Dalam tempo singkat masalah yang dihadapi mahasiswa tersebut terurai dan bahkan dia mendapat dukungan banyak orang.
Tentu persoalan seperti mahasiswa di atas banyak ditemukan di tempat lain. Tapi kita tidak mungkin berhenti berbuat karena merasa tidak mampu menghadapi ribuan orang yang bernasib sama. Selesaikan masalah yang ada di depan kita, kabarin peristiwa dan solusinya dan biarkan masalah yang mirip seperti itu dapat diselesaikan oleh lebih banyak orang di tempat lain. Ketika kita memberi sesuatu kepada pengemis, jangan membayangkan Anda tidak adil karena masih banyak pengemis yang tidak Anda santuni. Lakukan mulai dari yang sederhana, yang kecil yang berada di depan kita. Biarkan yang lain menjadi tugas orang yang lain pula.
Inilah model gotong royong antar manusia yang jauh lebih bermartabat. Pendekatan tidak selalu menggunakan hitung-hitungan uang tapi terasa lebih manusiawi. Rasanya setelah membaca buku ini para keluarga indonesia tidak perlu lagi mengeluh di mana anaknya sekolah, bagaimana pekerjaannya, apakah layak atau tidak. Mencari kerja lewat mengemis fasilitas dan relasi sudah bukan jamannya lagi. Ada ruang baru yang diperkenalkan Aqua; melakukan pendekatan sosial yang humanis dengan semangat ingin membantu sesama. Bila niatnya ikhlas seperti itu, maka Insya Allah semua pintu rejeki terbuka.
Tiga buku yang sudah digelontorkan Aqua adalah resep lengkap buat kita semua bagaimana memanfaatkan kekuatan silaturahim untuk kebahagiaan diri kita, keluarga dan orang lain. Contoh sukses sudah dinikmati Aqua, keluarga dan jaringan yang dibangunnya selama ini.
Tak butuh waktu berbulan-bulan membaca buku ini karena disajikan dalam bahasa yang enak dan menghibur. Buku pengetahuan yang disajikan dalam kenikmatan membaca novel. Buku ini terasa semakin aktual karena menyajikan fakta-fakta di lima tahun belakangan ini, periode anak-anak milineal mulai berprestasi. Anak-anak milineal yang tergerak karena melihat masih banyak pemuda seangkatannya yang kurang beruntung. Anak-anak milineal yang juga mampu berkolaborasi dengan elit negeri ini untuk berjuang melawan pandemi.
Terima kasih kepada siapapun yang telah menyebabkan tiga buku tentang dahsyatnya kekuatan silaturahim, tersaji untuk kita semua. Saya berharap ketiga buku ini benar-benar bisa diedarkan secara luas dan dibaca oleh lebih banyak orang. Aamiin ya robbal aalamiin...
* Ali Salim, wartawan senior yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur