Buku Putih Peta Jalan Pendidikan, Prodi di Kampus Tak Sesuai Kebutuhan Akan Dihapus
Perguruan Tinggi ( PT) di Indonesia harus mengambil beberapa langkah straregis dan memetakan apa yang berpotensi di wilayahnya. Maka PT harus berani memperbaruhi kurikulum untuk disesuaikan dengan perkembangan industri. Terutama industri priorotas seperti teknologi informasi, otomotif dan energi terbarukan.
"PT perlu memastikan mahasiswa mendapatkan pelatihan berbasis proyek yang langsung relevan dengan tuntutan pekerjaan di sektor sektor prioritas," kata Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN /Bappenas Amich AlhumamI, pada pelucuran Buku Putih Peta Jalan Pendidikan di Indonesia 2025 - 2045 Lingkup Perguruan Tinggi, di Jakarta Selasa 10 Desember 2024.
Ia menyampaikan PT perlu bekerjama lebih erat dengn asosiasi industri untuk memastikan lulusan memiliki ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. Karena itu progam studi ( Prodi ) di PT yang tidak sesuai kebutuhan di lapangan disarankan untuk dihapus saja. Dia mengambil contoh di negara maju seperti Jepang, menghapus Prodi dianggaap biasa.
Pemerintah diharapkan mendukung hubungan pendidikan tinggi global yang memungkinkan universitas universitas di Indonesia bersaing di tingkat Internasional.
Pemerintah juga perlu mendorong integrasi ketrampilan soft skils ke dalam kurukulum normal di semua jenjang pendidikan, terurama pendudikan vokasi dan pendidikan tinggi. Selain itu penting untuk menetapkan sistem sertivikasi nasional yang diakui oleh industri, untuk memastikan kelulusan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja global.
"Program sertifikasi soft skils akan membantu mahasiswa mempersiapkan diri memghadapi kebutuhan industru modern, di mana soft skils seperti komunikasi dan managemen waktu semakin diperlukan," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut, Amich Alhumami menekankan perlunya upaya pemerataan akses pendidikan tinggi berkualitas dan pengembangan STEAM.
“Pemerataan akses perlu didorong dengan penguatan kualitas infrastruktur perguruan tinggi, pengelolaan sumber daya pendidikan tinggi, dan perbaikan kualitas tata kelolanya. Selain itu, dalam hal pengembangan STEAM dapat diwujudkan dengan pengembangan pembelajaran dan penguatan program studi,” ujarnya.
Pelucuran Buku Putih Peta Jalan Pendidikan di Indonesia yang didukung Tanoto Foundation, juga menghadirkan Direktur Penfidikan Tinggi dan IPTEK Kementerian PPN/Bappenas Andri NR Mardiah.
Dia menjelaskan Buku Putih ini merupakan hasil kolaborasi antara Kemen PPN/Bappenas dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional, serta melibatkan mitra pembangunan Tanoto Foundation dan DFAT melalui program Kolaborasi Pengetahuan dan Inovasi Australia Indonesia (KONEKSI). Secara substansi, Buku Putih menyajikan analisis mendalam mengenai kebutuhan keahlian untuk mencapai output-output strategis, tetapi juga menyoroti pentingnya pembentukan pusat keunggulan.
Pengembangan Soft Skill
Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981, juga mengeluarkan studi Pengembangan Soft Skill untuk Tenaga Kerja Industri Prioritas Nasional untuk mempertajam Buku Putih Pemetaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia (Bidang Keahlian) serta Pusat Keunggulan untuk Indonesia Emas 2045. Studi ini memberikan analisis mendalam tentang pentingnya soft skills dalam meningkatkan kualitas SDM Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan globalisasi dan revolusi industri 4.0.
Studi ini juga memberikan pemetaan kebutuhan soft skills di industri-industri prioritas nasional dan menawarkan solusi strategis melalui program-program pengembangan yang dapat mendukung transformasi SDM Indonesia.
Sejak 2019, Tanoto Foundation melalui program beasiswa Kepemimpinan, TELADAN bekerjasama dengan universitas mitra di Indonesia, berfokus pada pengembangan soft skills, dengan berbasis riset.
“Hasil studi kami menunjukkan bahwa kompetensi soft skills mahasiswa/i perlu dikembangkan secara terstruktur sesuai dengan kebutuhan industri Indonesia, sehingga mampu meningkatkan potensi yang mereka miliki untuk kesiapan kerja, siap latih, dan siap berkontribusi,” kata Head of Leadership Development & Scholarship Tanoto Foundation, Michael Susanto.
Michael berharap hasil studi “Pengembangan Soft Skills Tenaga Kerja Industri Prioritas Nasional Indonesia” dapat dipadankan dengan kebutuhan industri dan praktik di pendidikan tinggi di Indonesia guna membantu tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Pada sesi penutupan, Andri N.R. Mardiah, memberikan kesimpulan bahwa peran perguruan tinggi menjadi salah satu yang terpenting. “Pengembangan SDM unggul melalui pendidikan tinggi yang berkualitas merupakan salah satu fondasi utama untuk menghadapi tantangan global, seperti revolusi industri 4.0, digitalisasi, dan inovasi teknologi,” ucapnya.
Perguruan tinggi diharapkan tidak hanya menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi juga menjadi pusat inovasi, riset, dan kolaborasi yang mendukung industrialisasi serta pengembangan ilmu pengetahuan di tingkat nasional dan internasional.
Pada kegiatan ini dihadiri pula oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek); Kementerian Agama; Kementerian Perindustrian; Kementerian Ketenagakerjaan; Badan Riset dan Inovasi Nasional; Mitra Pembangunan; Asosiasi Industri Akademisi; Penyedia Beasiswa; Perwakilan Perguruan Tinggi; dan Perwakilan scholars.