Buku Menjerat Gus Dur, Mengurangi Beban Sejarah NU
Wakil Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Anwar Iskandar mengatakan, kehadiran buku Menjerat Gus Dur patut disambut dengan bahagia bagi warga NU. Buku karya Virdika Rizky Utama (26) menjadi bagian penting sebagai kesaksian sejarah.
"Bagi kami, warga NU, buku Menjerat Gus Dur ini membantu mengurangi beban NU. Ini tahap penting bagi NU, mengurangi beban sejarah NU dalam perpolitikan.Saya minta semua membaca," tutur Kiai Anwar Iskandar.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi pembahas dalam Bedah buku "Menjerat Gus Dur" karya Virdika Rizky Utama, di PWNU Jatim, di Surabaya, Selasa 4 Februari 2020. Dalam acara yang dimoderatori Prof Akh Muzakki, menampilkan sejumlah pembahas, seperti Prof Hermawan Sulistyo, KH Yahya Cholil Staquf, dan penulisnya.
"Ini merupakan acara bedah buku teristimewa. Bukan saja dari peserta yang hadir mencapai 2 ribu, tapi juga acara berlangsung selama 3 jam tapi tak ada peserta yang bergeser untuk keluar. Ini barokah bagi kita semua," tutur Prof Akh Muzaki, yang juga dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pada bagian lain, KH Anwar Iskandar mengingatkan, Gus Dur punya cita-cita terbentuknya masyarakat baru yang berkeadilan dan kemakmuran.
"Gus Dur boleh pergi, Gus Dur boleh meninggalkan kita semu. Tapi, cita-cita Gus Dur harus tetap kita pegang dalam perjuangan kita," kata Kiai Anwar Iskandar.
Dalam faktanya, kata Kiai Anwar, Gus Dur diusung oleh kelompok Poros Tengah dalam Sidang Umum MPR tahun 1999. Namun, dalam perjalanannya, "Ternyata gus Dur tidak bisa diatur, mereka maunya mengatur Gus Dur. Maka dengan segala macam cara Gus Dur harus dilengserkan."
Jadi, politik menghalalkan segala cara pernah terjadi di negeri ini dan yang menjadi korbannya adalah Gus Dur. Politik itu penting untuk menyelamatkan bangsa, negara dan agama. Untuk itu tidak mungkin tanpa politik. Tapi bila sudah eksekusi politik menjadi sangat penting.
Pada kesempatan tersebut, para pembicara mempertanyakan soal komitmen Poros Tengah. Sebelumnya Gus Dur diangkat jadi Presiden, ada kelompok Poros Tengah. Ada Amien Rais, Akbar Tandjung, Fuad Bawazier, dll.
Mereka ke Kiai Abdullah Abbas Buntet Cirebon. Mereka minta agar diizinkan untuk mengangkat Gus Dur menjadi calon mereka.
Poros Tengah bersumpah di depan para Kiai Langitan, akan menjamin Gus Dur menjadi presiden hingga akhir jabatannya. "Kalau kenyataan berbeda dengan yang diucapkannya, ini istilahnya apa. Saya kira, bapak-bapak dan saudara sekalian yang bisa menilai soal kelompok Poros Tengah itu." tuturnya.
Catatan lainnya, menurut Kiai Anwar Iskandar, Pemilihan Presiden terjadi pada hari Rabu pagi. Malam Selasa, ada pertemuan Akbar Tandjung dengan Kiai Imron Hamzah, KH Cholil Bisri, KH Mustofa Bisri, KH Yusuf Muhammad, dan KH Anwar Iskandar.
Intinya, dalam sidang MPR besok Golkar siap untuk mendukung sampai Gus Dur berhasil. Pada malam Rabu, ada pertemuan kiai-kiai sepuh di Hotel Akasia, Jakarta. Gus Dur diundang di tempat tersebut. "Saya datang agak terlambat dari Senayan bersama Arifin Junaidi," kata Kiai Anwar Iskandar.
Rapat dipimpin Kiai Imron Hamzah. Gus Dur bicara soal kemungkinan Gus Dur. Pada kesempatan itu, Kiai Zainal Abidin Krapyak,"Gus hati-hati lho".
Namun akhirnya sejarah membuktikan, bagaimana sikap dan sifat yang sesungguhnya dari Poros Tengah itu.
Pada akhir diskusi, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar mengingatkan, sekarang sudah jelas mana yang Pandawa dan mana Kurawa. Mana yang jadi Sengkuni dan mana yang ksatria.
"Dalam berorganisasi harus ada soliditas dan solidaritas. Harus kompak, harus solid, harus NU. Bila kita menjadi ketua ranting NU atau apa pun, rasanya sulit bila dalam kepengurusan ada yang tidak kompak.
"Rasanya sulit bila dalam kepengurusan itu, ada orang dari bala Kurawa ada yang menginginkan Kartu NU. Bagaimana soal ini, kami minta petunjuk para kiai," kata Kiai Marzuki Mustamar.
Advertisement