Buku Digital untuk Disleksia Antar SMA SAIM Raih Medali Emas I2ASPO
Tim dari SMA Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM) Surabaya berhasil meraih dua medali emas dan satu perak dalam ajang Indonesia International Applied Science Projects Olympiad (I2ASPO). Sebuah kompetisi karya ilmiah ilmu pengetahuan tingkat internasional.
Kompetisi ini diselenggarakan secara online oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) bekerja sama dengan Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya.
Tim SAIM berhasil meraih medali emas untuk kategori Research on Special Need Children melalui penelitian berjudul Matherial: Encouraging Dyslexic Students to Overcome Mathematical Struggles by Using a Digital Book.
Selain itu, tim SAIM juga membawa pulang medali emas untuk kategori Entrepreneurship dan medali perak untuk kategori Energy. Pemenang diumumkan pada Rabu, 18 Desember 2024 pukul 19.30 WIB, setelah peserta melakukan presentasi 11 Desember lalu.
Dalam kategori Research on Special Need Children Tim SAIM mengangkat tema disleksia sebagai bentuk empati terhadap teman-teman yang mengalami kesulitan belajar, khususnya dalam pelajaran Matematika. Disklesia adalah gangguan belajar yang menyebabkan kesulitan membaca, menulis, mengeja, dan berbicara. Kondisi ini terjadi karena ada masalah pada bagian otak yang memproses bahasa, yaitu batang otak.
Tim SAIM terdiri dari siswa kelas XI yakni Atsal Fikri Ramadhani, Shayna Andini, Mochamad Favian Nabil, Novandra Adzra Ghassani, dan Nadya Salma. Mereka menciptakan produk inovatif berupa buku digital bernama Matherial yang dirancang untuk membantu siswa disleksia mengatasi hambatan belajar Matematika melalui pendekatan multisensori.
“Melalui Matherial, kami ingin menunjukkan bahwa siswa disleksia memiliki potensi berkembang yang sama seperti siswa lainnya. Mereka hanya membutuhkan strategi belajar yang berbeda. Dengan memanfaatkan media digital yang interaktif, kami berharap dapat mempermudah proses belajar mereka dan meningkatkan motivasi,” ujar Andini, salah satu anggota tim SAIM.
Proses pengerjaan Matherial berlangsung cukup dinamis. Tim memulai dengan menggali informasi mengenai kebutuhan siswa disleksia, kemudian mengembangkan solusi yang inklusif dan praktis. Dalam tahap uji coba, mereka memastikan buku digital ini mudah digunakan (user-friendly) dan menarik bagi siswa.
“Kami ingin buku ini bukan hanya membantu mereka belajar, tetapi juga meningkatkan rasa percaya diri siswa disleksia dalam menghadapi tantangan Matematika. Dengan pendekatan multisensori, mereka diajak untuk belajar melalui kombinasi visual, audio, dan interaksi langsung,” tambahnya.
Adzra, salah satu anggota tim SAIM, mengungkapkan perasaan bahagia dan syukur atas keberhasilan timnya. Pencapaian yang telah kami raih menunjukkan bukti bahwa dengan usaha dan doa tak akan pernah sia-sia. Dalam proses yang panjang dan terkadang penuh hambatan, dirinya belajar banyak tentang komitmen, kesabaran, dan menjaga kerjasama tim yang baik.
Guru pendamping tim, Ustazah Meutia Mega Syahputri, yang juga seorang psikolog di SAIM, menyoroti pentingnya proses pembelajaran dalam proyek ini.
“Para siswa belajar bagaimana mengenal teman-teman dengan special needs, berinteraksi secara inklusif, dan membantu sesama. Mereka juga belajar untuk berkolaborasi sehingga tidak hanya menjadi pribadi yang cerdas dan kompetitif tetapi juga rendah hati dan empatik,” tuturnya.
Keberhasilan ini memberi inspirasi tentang pentingnya menghargai keberagaman potensi yang dimiliki setiap siswa. Inovasi Matherial menjadi bukti bahwa dengan empati, kreativitas, dan kerja keras, siswa mampu menciptakan solusi nyata bagi tantangan yang dihadapi masyarakat.