Merawat Ingatan Tragedi Bom Surabaya dalam Buku 13.05.18
Bertepatan dengan satu tahun kejadian teror bom tiga gereja di Surabaya pada tanggal 13 Mei 2018. Nera Academia meluncurkan buku yang berjudul 13.05.18 Merawat Ingatan Merajut Kemanusian'.
"Buku ini lahir dari inisiatif setelah gerakan #Surabayawani waktu itu, kita mau terus mengingatkan apa yang sudah mereka sebarkan. Keyakinan bahwa dibalik peristiwa kelam harus bisa mengambil makna, seperti umat nasrani yang menggangap ini peristiwa iman. Karena, melibatkan orang -orang yang akan berdo'a," ujar Andre Yuris, Analis Nera Academia yang juga sekaligus penerbit buku. Senin, 13 Mei 2019.
Tambahnya, buku ini lahir dari kegelisahan dan pertanyaan, sikap dan tindakan apa yang paling tepat? Mengenang atau melupakan? Apakah yang hendak dikenang atau dilupakan? Jika mengenang, apakah cukup dengan membangun tugu, monumen atau peringatan-peringatan 13 Mei 2018?
"Buku ini juga sebagai dokumentasi atas solidaritas arek-arek Surabaya. Agar semangat dan solidaritas tidak hilang di telan zaman," ujarnya saat ditemui di lokasi acara, Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya.
Buku ini ditulis oleh 40 penulis dari berbagai macam sudut pandang mulai dari analis, pengajar, dan korban. Dimana buku ini ditulis mulai dari November 2018.
Miftahul Ulum, koordinator bedah buku mengatakan, buku ini ditulis dari sudut pandang bagaimana terorisme itu ada.
"Yang saya tulis berkaitan dengan toleransi dan intoleran, bagaimana kita seharusnya hidup dalam lingkaran toleransi antar sesama manusia," kata penulis buku berjudul 'Waspadai Terorime dan Intoleran' .
Sementara, Anastasia Jessica yang juga salah satu penulis dalam buku ini, menulis mengenai bagaimana gerakan #SurabayaWani digelorakan di berbagai daerah dan berbagai acara di Surabaya.
"Tulisan saya bertujuan untuk menjaga ingatan sosial penting Surabaya bereaksi dalam melawan terorisme. Bagaimana beraninya mereka dalam melawan terorisme," kata Jesicca saat ditemui di lokasi acara.
Menurut Jessica, tulisan yang ia tulis dalam buku ini sebagai upaya membangun ingatan sosial masyarakat bagaimana bertindak melawan terorisme dan juga untuk merawat ingatan.
Selain dua orang di atas, bersamaan dengan peluncuran buku ini dan peringatan satu tahun peristiwa 13 Mei 2018 juga diadakan diskusi.
Hadir sebagai narasumber penulis buku Islam Suroboyo yakni Bagus Haryono yang juga Dosen Sastra Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
Di samping itu diskusi juga menghadirkan Fatkhul Khoir dari Kontras Surabaya yang juga pendamping korban kasus terorisme. Dan sebagai moderator Saras Dumasari, aktivis perempuan yang sejak awal terlibat dalam penyusunan buku ini serta gerakan #SurabayaWani. (pts)