Buktikan, Apa Benar Ayam Panggang Desa Gandu Paling Enak se Asia Tenggara
Desa Gandu di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, layak dikunjungi. Terutama bagi penggemar kuliner. Inilah desa ayam panggang. Banyak warga desa yang masuk kecamatan wilayah Kecamatan Karangrejo ini membuka usaha warung makan dengan menu khusus ayam panggang.
Lokasi Desa Gandu mudah dijangkau. Berada di jalur Maospati – Ngawi. Di pertengahan jalur ini, ada pesimpangan dengan traffic light, lantas belok ke kanan. Tak sampai 200 meter sampailah ke Desa Gandu. Di kanan kiri jalan sudah banyak warung-warung dengan menu ayam panggang. Dengan banner yang menyolok, warung-warung kecil itu sudah mampu menggoda selera.
Tetapi kalau hendak mencoba warung milik perintis, masuklah ke kampung ke kecil di sebelah kanan. Kampungnya bersih dengan jalanan berpaving rapi. Setekah berkelok dengan melewati beberapa warung ayam panggang kecil lainnya, sampailah pada dua warung yang kondang sebagai perintis ayam panggang Gandu yaitu warung Bu Suryani dan Bu Setu.
Warung Bu Suryani berada di tengah, dengan areal parkir yang lebih luas karena berada di persimpangan kampung. Belok ke kanan, lebih masuk ke dalam, akan sampai di Warung Bu Setu. Tidak seperti resto-resto di kota, pengunjung retso ayam panggang di Gandu ini menikmati sajian sambil duduk lesehan. Ruangan yang ada adalah ruangan lama, sehingga amat terasa suasana rumah pedesaannya.
Rumah mewah di pedesaan, warna hijau, dikelilingi rimbunnya pohon bambu. Inilah warung Bu Setu yang buka pertama kali tahun 1990. Bu Setu sendiri kini tidak aktif. Dia sudah tua. Hanya duduk di kursi roda, sesekali ke luar dari kamarnya. Usaha ayam panggang yang omsetnya cukup besar ini diteruskan ke empat anaknya.
Mbak Nem, putri tertua Bu Setu bertugas di bagian kasir. Adiknya, Parni memimpin operasional dapur. Sedang dua anak laki-laki Bu Setu bertugas di luar, misalnya belanja kebutuhan.Pembagian tugas yang cukup sempurna untuk suatu usaha keluarga.
“Pada hari-hari biasa kami memotong sedikitnya 250 ayam kampung,” kata Mbak Nem. Hari Sabtu dan Minggu sekitar 50 ekor, dan pada hari libur panjang bisa memotong 1.000 ekor ayam per hari,” lanjutnya.
“Kami punya 30 karyawan,: tambah Parni. Dua belas orang khusus bekerja memotong ayam, sekaligus membakar mentahan. Maksudnya membakar pertama untuk kemudian disimpan. Kalau hendak disajikan, ayam itu dibakar lagi. Membakarnya di tungku tanah dengan kayu bakar, bukan arang.
Ada dua pilihan untuk pengunjung, yaitu ayam bakar bumbu rujak dan bumbu gurih. Kalau suka yang pedas, pilihannya ya bumbu rujak. Tetapi untuk pengunjung yang memilih bumbu gurih, penyajiannya tetap disertai sambal terasi. Pelengkap lainnya adalah lalapan, urap-urap, sayur lodeh dan sayur mentek, yaitu masakan khas desa dengan isi kedelai dan kelapa. Sedang nasinya disajikan dalam wakul model kuno.
Rasa ayam panggangnya sendiri pasti melekat di lidah. Empuk, rasa bumbunya menggigit dengan aroma bakaran yang mengundang selera.
Di warung Bu Setu, serta Bu Suryani, harga ayam tidak dihitung per potong melain per ekor. Untuk yang besar harganya Rp 85 ribu sedang yang agak kecil Rp 75 ribu. Harga ini sudah termasuk nasi dan sayur serta lalapan dan sambal.
Kedua warung perintis ayam panggang Gandu itu buka pagi mulai pukul 8.00 dan tutup pukul 21.00. Pengunjung seperti tidak berhenti sejak pagi. Dipastikan mereka bukan dari desa Gandu, melainkan dari kota sekitar seperti Magetan, Ngawi, Madiun, Surabaya bahkan dari Jakarta.
“Minggu lalu Pak SBY beserta keluarganya dan rombongan makan di sini,” kata Mbak Nem, dua hari lalu. “Mereka datang dengan rombongan dan habis banyak,” tambahnya. Habis berapa? “Pokoknya habis banyak, sekitar 150 ekor ayam,” kata Mbak Nem.
Selain dua warung besar milik Bu Setu dan Bu Suryani serta warung-warung kecil lainnya, di Desa Gandu juga ada usaha ayam panggang yang khusus untuk dijual di pasar antara lain pasar Ngawi, Maospati, Magetan dan Madiun. Harga dan rasanya tentu berbeda.
Ayam Panggang Desa Gandu memang sudah jadi salah satu ikon destinasi Kabupetan Magetan. Bukan hanya bagi pemilik warung atau restoran, tetapi juga bagi masyarakat yang beternak ayam kampung untuk dipasok ke warung-warung di Gandu. Belum lagi yang memasok sayuran, karena kebutuhan akan sayur ternyata juga cukup besar.
Saifullah Yusuf atau Gus Ipul yang akhir pekan lalu juga berkunjung ke warung milik Bu Suryani mengaku kagum bukan hanya pada rasa ayam panggangnya, tetapi juga pada omset yang diperoleh dari dari usaha ayam panggang khas Gandu ini, yang menurutnya luar biasa.
Menginap di Madiun, Gus Ipul beserta rombongan secara khusus meluncur ke Desa Gandu hanya untuk membuktikan mitos yang selama ini berkembang bahwa ayam panggang Gandu adalah paling enak se Asia Tenggara. Dan terbukti bukan sekadar mitos melainkan fakta.
“Kita akan ciptakan banyak desa seperti Gandu. Maju, kreatif, bersih, perekonomian rakyat meningkat, dan terkenal,” kata Gus Ipul. (m. anis)
Advertisement