Bukan Slogan, Warga Kota Mojokerto Buka Donasi Kulo Mboten Tego
Sekelompok warga di Kota Mojokerto yang tergabung dalam gerakan Kulo Mboten Tego, ikut mengumpulkan donasi untuk membantu warga yang sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) serta warga terdampak yang belum tercover bantuan sosial oleh pemerintah ditengah pandemi Covid-19.
Gerakan Kulo Mboten Tego ini digagas Ahmad Saifulloh dan kawan-kawan. Pria 35 tahun ini merupakan warga Jalan KH. Usman Kelurahan Surodinawan Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Mereka tergerak hatinya untuk berdonasi dengan berjualan kaus bertulisan 'Kulo Mboten Tego'.
Keuntungan dari penjualan kaus itu seutuhnya akan disumbangkan ke warga Kota Mojokerto yang sedang menjalani isoman dan warga benar-benar terdampak akibat pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat untuk menekan penyebaran virus corona.
Tanda pagar atau hastag (#) Kulo Mboten Tego itu muncul setelah Walikota Mojokerto, Ika Puspitasari membuat flyer "Rakyat Berat, Pemerintah Harus Mendengarkan Rakyat, Kulo Mboten Tego".
"Salah satunya dari situ (slogan Wali Kota Mojokerto) inspirasinya dari sana. Istilah Kulo Mboten Tego ini kita tangkap menjadi suatu hal yang menarik. Artinya bisa menjadi suatu motivasi bagi masyarakat agar bisa lebih peka terhadap situasi dan kondisi sosial terhadap orang-orang yang isoman," kata Ahmad Saifulloh kepada Ngopibareng.id, Jumat 23 Juli 2021.
Kepedulian terhadap warga yang sedang menjalani Isoman dan warga terdampak PPKM Darurat itu membuat mereka bergerak untuk mengumpulkan donasi lewat penjualan kaos berslogan Kulo Mboten Tego. Menurut Ahmad Saifulloh, ini adalah bentuk dukungan masyarakat kepada pemerintah daerah agar tidak hanya berhentilah dalam sebuah slogan saja. Ia berharap pemerintah memberikan kebijakan yang nyata kepada masyarakat.
"Ini adalah sebagai bentuk real yang kami lakukan. Kami berharap ini bukan sebuah slogan, tetapi ini benar-benar sebuah semangat yang terealisasikan dalam kegiatan konkrit. Karena kita bukan kumpulan orang-orang yang punya uang, yang bisa kita lakukan adalah membuat donasi. Kita harap bisa sedikit meringankan beban warga," tegasnya.
Tak hanya untuk warga yang sedang menjalankan isoman saja. Keuntungan jual kaus tersebut juga untuk membantu perekonomian warga yang terdampak akibat pandemi Covid-19, utamanya warga yang belum tercover bantuan oleh pemerintah.
"Kita berharap apa yang kita lakukan ini bisa menutupi celah-celah yang mungkin secara tidak sengaja atau sengaja yang tidak tercover oleh pemerintah. Sehingga masyarakat mendapatkan haknya terlepas itu dari pemerintah atau dari manapun. Meski tidak bisa menyeluruh, setidaknya kami bisa membantu meringankan beban warga," jelas Ahmad Saifulloh.
Modal Pinjam dari Konveksi
Modal untuk pembuatan kaos #Kulo Mboten Tego itu mereka meminta bantuan kepada salah satu konveksi. Setelah baju terjual, keuntungannya itulah yang mereka ambil untuk memberikan bantuan kepada warga.
"Kita pinjam dari konveksi, kita ambil keuntungannya saja. Untuk modal awal kita kembalikan ke konveksi," ujarnya.
Kaos #Mboten Tego itu dibandrol seharga Rp 95.000 saja. Mereka menjual kaos itu secara door to door dan disebarkan ke medsos.
"Kita datang ke kelompok-kelompok yang sudah kita kenal kita tawarkan. Kita juga jual melalui medsos masing-masing, seperti Facebook dan Instagram," tandasnya.