Bukan Lelaki Kalau Gak Punya Burung hehehehe
Agak mendung begini, atau sembari menunggu hujan datang, ngopi adalah pilihan aktivitas yang mengasikkan. Cobalah kalau ndak percaya! Kalau tidak merem melek keenakan, jangan sebut kita ngopibareng.id.
Kalau kopinya sih terserah, bisa arabika bisa robusta, atau jenis lainnya. Kalau pilih robusta cenderung hanya bercitarasa pahit. Sensasinya kurang menantang. Tapi oke juga, kafeinnya yang besar membuat suasana sendu bisa berubah menjadi greng. Bersemangat dan trengginas.
Pilih kopi yang jenis arabika, juga oke. Juga asyik. Kaya citarasa. Memang sih, arabika punya bawaan lahir asam, namun dibalik keasaman itu terciduk bermacam rasa. Kalau beruntung, kalau punya lidah yang istimewa, bisa nemu citarasa buah belimbing, jeruk, kulit jeruk sunkist, anggur, guava, apel, citarasa bunga-buangan, dan seterusnya. Itulah hebatnya arabika, maka sering disebut kopi specialty.
Itu kalau ngomongken kopi, lha kalau ngomongkan burung bagaimana?
"Eittt kok jadi menggok ke burung, adohmen? Adoh tenan! Mana ada hubungannya kopi sama burung?" serobot Kang Darmo Munyuk bersungut.
Hayahhhh sampeyan itu. Ini warung kopi Bung. Menggok kemana saja oke. Pakai lampun seint oke tidak pakai reting juga oke. Lihat itu para ibu-ibu kalau sudah naik motor. Retingnya nyala kiri beloknya malah kanan.
Ini kan asik, dari kopi ngomongken burung. Opo itu ndak apik tenan kaos yang di pegang Gus Ipul. "Bukan Laki-Laki Kalau Gak Punya Burung".
Jadi, kopi dan burung itu masih klop. Coba no... ke Madura no... Disono ada kopi Lake', Kopi yang bisa bikin greng segala macam burung. Jadi, benar apa kata kaos yang dipegang Gus Ipul itu.
Didi Kempot malah punya lagu burung. Berbulu pisan. Cucak Rowo kalau gak salah. Jadi apa masalahnya kalau kita ngomongken burung. Tidak salah kan? Yang salah itu aslinya yang bikin kaos, kenapa yang dikasih hanya Gus Ipul, sementara kita yang sedang kopi hanya nonton fotonya. Begitu.