Bukan Kiai, Ketua Tunggal Jati Nusantara Pernah Jadi MC Dangdutan
Nurhasan, pimpinan atau ketua Kelompok Tunggal Jati Nusantara yang memimpin ritual mandi laut berujung maut ternyata bukan seorang ustaz atau kiai. Ia sempat ke bekerja di Malaysia dan kembali ke Sukorambi, Jember, menjadi MC dangdutan.
“Nurhasan masih muda sekitar 35 tahun, dia bukan ustaz apalagi kiai. Saya kurang paham juga kok dia bisa menjadi guru spiritual kelompok Tunggal Jati Nusantara,” kata Kepala Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Nanda Setiawan, Senin, 14 Februari 2022 sore.
Nurhasan bukan penduduk asli Desa Dukuhmencek. Ia baru datang ke Desa Dukuhmencek pada tahun 2014, meskipun orangtua dari Nurhasan memang sudah lama menetap di Desa Dukuhmencek.
Sepulangnya dari Malaysia, Nurhasan tidak memiliki pekerjaan tetap. Pekerjaan yang paling sering dilakukan menjadi MC dalam acara hiburan dangdut.
Pekerjaan sebagai MC dangdut itu tidak bertahan lama. Sejak kegiatan yang mengumpulkan massa dilarang selama pandemi Covid-19, Nurhasan beralih profesi. Ia melakukan aktivitas berjualan online.
“Sejak Covid-19 Nurhasan alih profesi berjualan online. Barang dijual ada tisu dan barang-barang lain,” jelas Nanda.
Pada saat terjadi pandemi itulah, Nurhasan membuka jasa pengobatan alternatif di rumahnya. Warga yang datang biasanya adalah warga yang memiliki masalah seperti karena sakit dan memiliki masalah keuangan keluarga.
“Awalnya tidak melakukan ritual-ritual, dia hanya membuka jasa pengobatan. Banyak warga yang datang,” tambah Nanda.
Nanda tidak mengetahui secara pasti pengobatan alternatif yang dilakukan Nurhasan berubah menjadi kelompok spiritual . Sebab selama ini tidak ada laporan apa pun dari warga yang terdekat dengan rumah Nurhasan.